IDENTIFIKASI JENIS JAMUR (BASIDIOMYCOTA) DI KAMPUNG KAAS DAN KLABRA DISTRIK BERAUR KABUPATEN SORONG

 

Iriani Ira Bukorpioper1, Agustha Kalastina Eryergit2, dan Galuh P.W Utami3, Yulindra M.Numberi4

Universitas Ottow Geissler Papua1,2,3, Universitas Cenderawasih4

iriani90publikasi@gmail.com, agusthaeryergit72@gmail.com, utamig03@gmail.com, numsyulindra@gmail.com

 

Abstrak:

Jamur Basidiomycota merupakan salah satu jenis jamur yang dapat dilihat mata secara langsung, jamur ini berperan sebagai salah satu penyeimbang ekosistem alam. Kawasan hutan Kampung Kaas dan Klabra Distrik Beraur Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat memiliki jamur yang beragam, baik dari jenis, bentuk, ukuran dan warna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis jamur Basidiomycota yang terdapat di kawasan hutan Kampung Kaas dan Klabra Distrik Beraur Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat. Metode yang digunakan adalah metode koleksi langsung (Metode random sampling). Total jamur yang dijumpai di Kampung Kaas dan Klabra adalah 12 jenis dan yang berpotensi sebagai bahan pangan yaitu Spesies Auricularia auricular, Pleurotus ostreatus, Lentinus tigrinus,Vovariella dan jamur yang tidak di konsumsi yaitu Spesies Cookeina sulcipes, , Pseudotrametes sp, Pycnoporus sp, , Pluteus cervinus, Lactarius rufus,genus Marasmius, Mycena dan family Hygrophoracea.

 

Kata kunci: identifikasi, jamur, basidiomycota, kaas, klabra.

 

Abstract:

Basidiomycota mushroom is a type of fungus that can be seen directly. It has a role as a contributor to the natural ecosystem, forest area of Kaas Village and Klabra, Sorong Regency, West Papua Province, has quite diverse fungus. The aimed of this study was to know the type of Basidiomycota mushroom which is found in the forest area of Kaas Village and Klabra, Sorong Regency, West Papua Province. The Method of this study was random  sampling method. The total fungi mushroom found in Kaas and Klabra Village those that have the potential as food ingredients were Auricularia auricular spesies, Lentinus tigrinus, Pleurotus osteratus, Volvariella, and mushrooms that are not consumed were Cookeina sulcipes, , Pseudotrametes sp, Pycnoporus, , Pluteus cervinus, Lactarius rufus, genus Marasmius, Mycena and Hygrophoracea family.

 

Keywords: Identification,Mushroom,Basidiomycota,Kaas,Klabra.

                                                                                                                                       

Corresponding: Iriani Ira Bukorpioper

E-mail: iriani90publikasi@gmail.com

https://jurnal.syntax-idea.co.id/public/site/images/idea/88x31.png

 

PENDAHULUAN

Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis. Jamur memerlukan zat-zat makanan dengan menyerap dari proses pelapukan (Muchroji, 2004). Berdasarkan bentuk dan ukurannya jamur dapat dikelompokkan menjadi jamur mikroskopis dan jamur makroskopis. Jamur mikroskopis adalah jamur yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop, karena memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil (Ketut, 2012) (Ketut, 2012). Sedangkan jamur makroskopis adalah jamur yang ukurannya relative besar (makroskopik), dapat dilihat dengan kasat mata, dapat dipegang atau dipetik dengan tangan, dan bentuknya mencolok (Gunawan, 2001).

Kabupaten Sorong Merupakan salah satu daerah yang terletak di kepala burung Pulau Papua. Secara geografis Kabupaten Sorong terletak pada Koordinat 130° 40’49”-132° 13’48” BT dan 00°33’42”-01°35’29”LS, dengan luas 13.603,46 km². Kabupaten Sorong te rdiri dari 30 Distrik salah satunya adalah Distrik Beraur.

Distrik Beraur merupakan salah satu Distrik yang terdapat di Kabupaten Sorong dengan jumlah penduduk 1.373 jiwa. Pada data tahun 2019 di dalamnya terdapat 13 Kampung dengan suku dan bahasa yang sama. Luas wilayah Distrik Beraur 540,77 km² dengan ketinggian 100 meter, dan panjang sungai 114,61 (kilometer) (Fajar,2019). Wilayah ini beriklim tropis yang lembab dan juga panas dan berada di pesisir pantai serta dikelilingi oleh hutan yang merupakan habitat dari berbagai jenis jamur. Masyarakat Distrik Beraur biasanya mengkonsumsi jamur sagu (Volvariella volvaceae), jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), tambir (Pleurotus sp). Jamur sagu (Volvariella sp) merupakan salah satu jenis jamur edible (dikonsumsi) yang tumbuh liar pada ampas sagu. Jamur tambir (Pleurotus sp) adalah jamur yang ditemukan tumbuh pada batang pohon yang telah mati (Sufaati Supeni, Vita Purnamasari, Verena Agustini, 2017).

Masyarakat lokal Papua di kawasan daratan rendah memanfaatkan bahan pangan utama seperti sagu (Metroxylon sago) sedangkan di kawasan daratan tinggi memanfaatkan batatas (Ipomoea batatas) sebagai sumber utama karbohidrat. Sumber protein, mereka peroleh dari hasil buruan hewan di hutan (Suharno, Sufaati, Agustini, & Tanjung, 2015). Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan sumber daya hayati lain seperti jamur. Potensi jamur alam yang ada di Papua cukup besar. Masyarakat lokal banyak memanfaatkan jamur alam seperti jamur sagu sebagai sumber bahan pangan alternative (Saragih, 2014) . Jamur mudah diperoleh dari sekitar tempat tinggal mereka (Yigibalom, Sufaati, & Purnamasari, 2014).

 

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan laboratorium, pengambilan sampel dilakukan di Kampung Kaas dan Klabra Distrik Beraur Kabupaten Sorong. Identifikasi lanjut untuk melihat bentuk pada spora jamur dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ottow Geissler Papua. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2020 sampai dengan Maret 2021.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan selama penelitian adalah; alat tulis, sepatu boot, sarung tangan, parang, GPS, etiket gantung, kamera handphone, thermometer, pH tanah, buku catatan lapangan, wadah plastic bulat, pinset, api bunsen, silet, kaca objek, mikroskop binokuler, cawan petri.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah; lactophenol, alkohol, flakban, tissue basa dan kering dan sampel jamur.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan Hutan Distrik Beraur. Penelitian dimulai dari penentuan lokasi sampling di lapangan dengan menggunakan GPS untuk  terwakili wilayah pengambilan sampel sesuai dengan kondisi substrat. Lokasi penelitian di setiap kawasan masing-masing terdiri atas 3 jalur yaitu jalur di sepanjang pinggiran hutan /perkampungan untuk mewakili daerah terbuka, jalur sepanjang hutan untuk mewakili daerah tertutup dan jalur di sekitar pinggiran sungai mewakili daerah yang lembab. Penentuan lokasi ini dibuat berdasarkan peta lokasi masing-masing kawasan, sesuai dengan lokasi pengambilan sampel (Noverita, Sinaga, & Setia, 2017). Pengambilan data dilakukan dengan metode koleksi langsung (Metode random sampling),dan melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap jenis jamur yang ditemukan (Noverita et al., 2017). Pengamatan morfologi dilakukan dengan metode deskriptif. Terhadap sampel makrofungi yang ditemukan di lapangan dilakukan pengamatan bentuk tubuh buah, warna, tekstur, sifat hidup (soliter atau berkoloni), jumlah individu dan untuk yang berkoloni jumlah koloni, substrat tumbuh (pohon atau ranting hidup, pohon atau ranting mati, tanah, serasah atau substrat lain (Noverita et al., 2017). Jejak spora dibuat dengan cara memotong bagian tudung atau mengambil sampel jamur lalu masukkan ke dalam wadah yang berisi alkohol. Selanjutnya diamati di laboratorium dengan cara menambahkan sedikit lactophenol   pada sampel jamur yang telah disayat agar bentuk sporanya terlihat jelas (Leonard, 2010). Identifikasi jamur dilakukan berdasarkan data dari hasil pengamatan lapangan dan data dari hasil pengamatan laboratorium yang meliputi; sifat (parasit, saprofit), keberadaan tumbuh (soliter atau koloni), substrat tempat tumbuh (kayu, ranting hidup atau mati, serasah, tanah), bentuk tubuh buah, warna, tekstur, kedudukan tangkai, komponen lain penyusun tangkai, ciri lain penyusun lamela, pori atau bagian lain penghasil spora, bentuk spora, ukuran, warna dan ornamen lainnya pada spora, dan ciri-ciri spesifik lainnya. Data yang diperoleh ini selanjutnya dicocokkan dengan buku-buku identifikasi fungi makroskopis, sampai ditemukan nama jenisnya. Buku rujukan untuk identifikasi yang digunakan antara lain adalah Guide To Mushrooms (Pacioni, 1989), Working with Mycorrhiza in Foresty and Agriculture (Brundrett & Baugher, 2008), How To Identify Mushrooms To Genus I ( Largent,1973), Agaric Flora of The Lesser Antilles (Pegler, 1983), dan A Preliminary Polypore Flora of East Africa (Johansen and Ryvardern, 1980) dalam (Noverita et al., 2017) . Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan setidaknya oleh dua orang, yang telah ditetapkan berdasarkan kriteria, di mana arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan pertanyaan yang telah disediakan dan alat bantu rekaman.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

DISKUSI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kampung Kaas dan Klabra Distrik Beraur Kabupaten Sorong diketahui bahwa jenis jamur yang di temukan sebanyak 12 jenis. Jenis-jenis jamur di Kampung Kaas dan Kampung Klabra Distrik Beraur Kabupaten Sorong

 

Auricularia auricular Judae

Flowchart: Preparation: aFlowchart: Preparation: bFlowchart: Preparation: cDescription: C:\Users\A S U S\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\InShot_20210422_230752125.jpg

 

Gambar 1 a) Auricularia auricula (Ahmad,2012) b) Auricularia auricula (Eryergit, 2021) c) Basidiospores (Eryergit, 2021).

   Jamur kuping mempunyai tubuh buah seperti daun telinga, mempunyai ciri-ciri tubuh buah pada bagian bawah yang melekat, bertangkai pendek, dan berbentuk mangkok yang umumnya tidak beraturan berlekuk seperti kuping mencapai lebar 20 cm. Tubuh buah berdaging lunak seperti agar, transparan, elastis, serta menjadi keriput, susut, dan liat bila dikeringkan, namun bila direndam akan mekar kembali. Tubuh buah bagian permukaan atas agak mengkilap dan halus, sedangkan pada bagian bawah berbulu halus dan menghasilkan spora (Hendritomo, 2010). Biasanya jamur kuping hidup dengan cara berkelompok pada batang kayu, pada ranting yang telah mati, dan lain-lain, memiliki warna cokelat muda hingga kemerahan-merahan (Angriawan,2014). Untuk melihat jejak atau bentuk pada spora ini adalah menggunakan mikroskop dengan lensa objektif perbesaran x10/0,25 (10x). Masyarakat biasanya menyebut jamur ini dengan sebutan Hjan Wli/Klasawya ( Jamur berair) jamur ini sering dijumpai di tempat yang lembab atau  basah. Pada saat musim hujan jamur ini sudah jarang ditemukan karena masyarakat membuat kebun di mana-mana. Jamur ini ditemukan pada Titik Koordinat E 1°12´37.6̋ S 131°43´227.7̋, dengan ukuran pH 8,0.

Ada pun klasifikasi menurut (Anggiawan,2014) sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Divisi : Thalophyta

Subdivisio : Fungi

Classis : Heterobasidiomycetes

Subclalasis : Phagmobacidiomycetes

Ordo : Auricularia

Famili : Auriculariaceae

Genus : Auricularia

Spesies : Auricularia auricular Judae

 

Cookeina sulcipes

Flowchart: Preparation: baFlowchart: Preparation: cFlowchart: Preparation: aDescription: C:\Users\A S U S\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\InShot_20210422_231934511.jpg

Gambar 2. a) Cookeina sulcipes (Noverita et al., 2017) b) Cookeina sulcipes (Eryergit, 2021) c) Basidiospores (Eryergit, 2021)

 

Cookeina adalah salah satu genus dari Famili Sarcoscyphaceae, yang paling umum ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Spesies ini masuk ke dalam kelompok Cup Fungi, yang dapat dikenali melalui bentuk sporokarp seperti mangkuk, memiliki tangkai, dan spora diproduksi pada bagian interior mangkuk yang halus. Umumnya Cookeina berwarna merah atau cerah, terdapat rambut dan garis tipis. Biasanya tumbuh sebagai saprotrof di cabang, ranting dan batang kayu mati yang sudah lapuk dan lembab, memiliki ukuran 1,8 cm, dan Cookeina hidup berkelompok (Gerhardt , 2000). Untuk melihat jejak atau bentuk pada spora ini adalah menggunakan mikroskop dengan lensa objektif perbesaran x10/0,25 (10x). Masyarakat Distrik Beraur biasanya menyebut jamur ini dengan nama Hjan Bek (Jamur Babi) masyarakat mempercayai bahwa ketika jamur ini tumbuh banyak di tempat tersebut berarti di situ banyak babinya. Jamur ini ditemukan pada titik koordinat E 1°16´34.5̋ S 131°42´20.3̋, dengan ukuran pH 5,0 sampai 9,0.

 

Adapun Klasifikasi menurut (Gerhardt, 2000) sebagai berikut :

Kindom : Fungi

Divisi : Ascomycota

Kelas : Pezizomycetes

Ordo : Pezizales

Famili : Sarcoscyphaceae

Genus : Cookeina

Spesies : Cookeina sulcipes

 

Pleurotus ostreatus

Flowchart: Preparation: cFlowchart: Preparation: aFlowchart: Preparation: bFlowchart: Preparation: dDescription: C:\Users\A S U S\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\InShot_20210415_051238182.jpg

Gambar 3. a) Pleurotus ostreatus (Stevani, 2011) b) Pleurotus ostreatus  (Eryergit,2021) c) Basidiospores (Daniel) d) Basidiospores (Eryergit,2021)

 

Jamur ini memiliki bentuk seperti tiram dan mempunyai tudung berdiameter 4-15 cm bahkan ada yang lebih. Permukaan licin dan bagian tepi tudung menggulung ke dalam. Jamur ini merupakan jamur yang biasa dikonsumsi, mempunyai kandungan vitamin, asam amino dan mineral yang tinggi. Jamur ini sering dijumpai di kayu yang sudah lapuk dengan saling menumpuk jamur ini hidup berkelompok dengan kondisi lingkungan yang sejuk atau lembab dan memiliki warna putih, abu-abu dan lain-lain. Masyarakat menyebut jamur ini dengan nama Hjan Kut/Pidt yang mana jamur ini hanya tumbuh pada musim tertentu. Untuk melihat jejak atau bentuk pada spora ini adalah menggunakan mikroskop dengan lensa objektif perbesaran x10/0,25 (10x) yang mana spora pada jamur ini memiliki lebar 5-9 cm, krem, cembung dengan pinggiran yang tergulung, tertekan di tengah, halus dan tebal ujung-ujungnya bengkok ciri-ciri spora berbentuk bulat panjang, kasar, berdinding tipis dan amyloid. Jamur ini dijumpai pada titik koordinat E 1°17´57.1̋ S 131°43´51.2̋ dengan ukuran ph 7,5-9,0.

 

Adapun klasifikasi menurut (Stevani,2011) sebagai berikut:

Kindom : Fungi

Divisi : Basidiomycota

Kelas : Basidiomycetes

Ordo : Agaricales

Familia : Agaricaceae

Genus : Pleurotus

Species : Pleurotus ostreatus

 

Pseudotrametes sp

Flowchart: Preparation: aFlowchart: Preparation: bHexagon: cDescription: C:\Users\A S U S\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\InShot_20210422_231341345.jpg

Gambar 4. a) Pseudotrametes sp (Gerhardt, 2000) b) Pseudotrametes sp (Eryergit, 2021) c) Basidiospores ( Eryergit, 2021)

 

Jamur ini Memiliki bentuk lebar, struktur keras dan tebal, berwarna putih tepi dan permukaan pileus bergelombang diameter pileus 12 cm. Bentuk lamella bercabang dari tepi dan berwarna putih kekuningan, letak tangkai pada jamur ini di kayu adalah lateral. Jamur ini biasa tumbuh di tempat kering dan basah, hidupnya sendiri-sendri dan ada juga yang berkelompok dengan ukuran pH 6,5 sampai 9,0 (Gerhardt, 2000). Masyarakat setempat menyebutkan jamur ini dengan nama Hjan Kut yang sering di jumpai pada kayu mati di kebun masyarakat, untuk melihat jejak atau bentuk pada spora ini adalah menggunakan mikroskop dengan lensa objektif perbesaran x10/0,25 (10x). jamur ini berada titik koordinat E 1°17´57.1̋ S 131°43´36.8̋.

 

Adapun Klasifikasi menurut (Gerhardt, 2000) sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Divisi : Basidiomycota

Kelas : Basidiomycetes

Ordo : Poriales

Famili : Poriaceae

Genus : Pseudotrametes

Spesies : Pseudotrametes sp

 

Pycnoporus sp

Flowchart: Alternate Process: aText Box: bText Box: cDescription: C:\Users\A S U S\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\InShot_20210422_231249514.jpg

 

Gambar 5. a)Pycnoporus sp (Gerhardt, 2000) b) Pycnoporus sp (Eryergit, 2021) c) Basidiospores (Eryergit,2021)

 

Jamur ini memiliki tubuh buah berbentuk kipas dengan warna jingga tua dan juga ada yang berwarna jingga mudah, lamella berbentuk pori-pori kecil, habitat alamiah dan akar semu melekat pada kayu mati yang masih keras tidak memiliki cincin dan cawan, memiliki tangkai yang pendek dengan panjang 1 cm. Keberadaan tumbuh sendiri-sendiri (Gerhardt, 2000). Jamur ini sering dijumpai pada tempat atau bekas-bekas pembuatan kebun pada tempat yang kering. Masyarakat sering menyebutkan jamur ini dengan nama Hjan Kut/Bek (jamur kayu),  untuk melihat jejak atau bentuk pada spora ini adalah menggunakan mikroskop dengan lensa objektif perbesaran x10/0,25 ( 0x). Jamur ini ditemukan pada titik koordinat E 1°16´37.0̋ S 131°42´21.5̋, dengan ukuran pH 6,5-8,5

 

Adapun klasifikasi menurut (Gerhardt, 2000) sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Divisi : Basidiomycota

Kelas : Basidiomycetes

Ordo : Polyporales

Famili : Polyporaceae

Genus : Pycnoporus

Spesies : Pycnoporus sp

 

Lentinus tigrinus

Flowchart: Alternate Process: cText Box: aText Box: bDescription: C:\Users\A S U S\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\InShot_20210422_231022632.jpg

 

Gambar 6 a) Lentinus tigrinus (Gerhardt,2000) b) Lentinus tigrinus (Eryergit,2021) c) Basidiospores (Eryergit, 2021).

 

Jamur ini memiliki bentuk tubuh buah setengah lingkaran atau membentuk lingkaran dengan tepi tidak rata, tepinya berlekuk-lekuk, berwarna putih kekuningan sampai kecoklatan. Warna akan semakin kecoklatan bila umur semakin tua dan habitatnya menempel pada kayu yang lapuk atau pada batang pohon mati yang baru ditebangi. Jamur ini memiliki tangkai pendek di tepi (eksentris), kadang tidak bertangkai, dapat hidup pada serasah dengan tanah yang lembab serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan saat umurnya masih muda. Jamur ini mudah rusak dan tidak tahan hidup pada suhu yang tinggi. Jamur ini berukuran 1 sampai 8 cm (Polese, 2005). Setiap pagi jika masyarakat pergi berkebun mereka sering menjumpai jamur ini tumbuh di atas kayu mati dengan bentuk yang indah jika siang jamur ini akan layu, jamur ini tumbuh dengan waktu atau musim tertentu yaitu pada musim hujan yang berkepanjangan. Masyarakat menyebutnya dengan nama Hjan Wad (jamur pagi). Untuk melihat jejak atau bentuk pada spora ini adalah menggunakan mikroskop dengan lensa objektif perbesaran x10/0,25 (10x). Jamur ini ditemukan pada titik koordinat E 1°17´36.2̋ S 131°131°43´24.0̋ dengan ukuran pH 5,0-7.

 

Adapun identifikasi menurut (Gerhardt, 2000) sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Divisi : Basidiomycota

Kelas : Basidiomycetes

Ordo : Polyporales

Famili : Polyporaceae

Genus : Lentinus

Spesies : Lentinus tigrinus

 

Pluteus cervinus

Text Box: aText Box: bText Box: cDescription: C:\Users\A S U S\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\InShot_20210422_233831953.jpg

Gambar 7. a) Pluteus cervinus (Rivera ,2015) b) Pluteus cervinus (Eryergit,  2021) c) Basidiospores (Eryergit, 2021)

 

Jamur ini memiliki tubuh buah berwarna cream kecoklatan dan pada tudung bagian tengah warna terlihat lebih gelap, pada tudungnya berbentuk kerucut dengan tangkai yang pendek. Menurut Polase (2005), tudung jamur ini berbentuk kerucut dan kadang gepeng, tubuh buah sangat halus dengan tangkai yang padat serta habitatnya pada kayu-kayu lapuk atau akar pohon yang besar  yang berada di dalam tanah. Ukuran pada jamur ini bis a sampai 15 cm dan memiliki panjang batang 5-12 cm biasanya hidup secara berkoloni. Masyarakat sering menyebutnya dengan nama Hjan Bit (jamur tanah). Untuk melihat jejak atau bentuk pada spora ini adalah menggunakan mikroskop dengan lensa objektif perbesaran x10/0,25 (10x). Jamur ini ditemukan pada titik koordinat E 1°17´39.3̋ S 131°43´38.4̋, dengan ukuran pH 8,0.

 

Adapun klasifikasi menurut https://en.m.wikipedia.org/wiki /Pluteus

Kingdom : Fungi

Divisi : Basidiomycota

Kelas : Agaricomycetes

Ordo : Agaricales

Famili : Pluteaceae

Genus : Plutes

Spesies : Pluteus cervinus

 

Lactarius rufus

Text Box: bText Box: cText Box: aDescription: C:\Users\A S U S\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\InShot_20210416_024257296.jpg

Gambar 8.a) Lactarius rufus (en.wikipedia.org) b) Lactarius rufus (Eryergit, 2021) c) Basidiospores (Eryergit, 2021)

 

Jamur ini memiliki tudung atau diameternya biasa berbeda-beda, tetapi paling sering berada dalam jarak 4-12 cm. Pada awalnya, tudung ini memiliki penampilan seeperti bel dan kemudian menjadi rata, di tengah tuberkel agak besar dengan ujung sedikit runcing terlihat jelas tepi tutupnya tipis, dibungkus di dalamnya. Kulitnya halus saat disentuh dan berwarna cokelat muda dan cokelat tua. Saat cuaca hujan permukaanya berkilau dan menjadi lengket. Bagian jamur ini memiliki bentuk silinder yang benar, rata-rata panjangnya sekitar 7 cm warnaya stem (stape)  biasa sesuai dengan warna tudungnya tetapi lebih ringan. Jamur ini biasa tumbuh di kayu mati, serasah atau tanah dan hidupnya sendiri-sendiri.

 

Masyarakat menyebut jamur ini dengan sebutan Hjan Lua (Jamur ular), untuk melihat jejak atau bentuk pada spora ini adalah menggunakan mikroskop dengan lensa objektif perbesaran x10/0,25 (10x). Jamur ini ditemukan pada titik koordinat E 1°17´41.1̋ S 131°43´34.4̋, dengan ukuran pH 5,5.

Adapun klasifikasi menurut https://en.m.wikipedia.org /wiki/Lactarius

Kingdom : Fungi

Divisi : Basidimycota

Kelas : Agaricomycetes

Ordo : Russulales

Famili : Russulaceae

Genus : Laktarius

Spesies : Lactarius rufus

 

Text Box: cText Box: bText Box: aVolvariella volvacea

Description: C:\Users\A S U S\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\InShot_20210731_023618294.jpg

 

Gambar 9. a) Volvariella volvacea (Sinaga, 2015) b) Volvariella volvacea(Eryergit, 202) c) Basidiospores (Jurnal Karakteristik Jamur sagu (Volvariella sp) Endemik Papua).

 

Jamur sagu adalah jamur yang tumbuh secara sporadis yang sering  dijumpai pada ampas sagu dan batang sagu yang sedang melapuk. Jamur ini umumnya kaya akan asam amino esensial seperti Leusin, Isoleusin, Valin, Tryptophan, Lysin, Theonin, Phenilalanin, Methinin, dan Histidin (Jordan, 1993). Masyarakat setempat menyebut jamur ini dengan nama Kamum (Jamur sagu), jamur sagu memiliki ukuran tudung 5-10 cm, tudung berwarna keabu-abuan, panjang tangkai 2 cm, dan memiliki tubuh lunak, jamur ini hidupnya berkoloni (berkelompok). Untuk melihat jejak atau bentuk pada spora ini adalah menggunakan mikroskop dengan lensa objektif perbesaran  lensa objektif perbesaran 400x dan 1000x (Kuo, 2008). Jamur ini di temukan pada titik koordinat E 1°17´30.8̋ S 131°43´16.9̋, dengan ukuran Ph 5,5.

 

Adapun klasifikasi menurut (Sinaga, 2015) sebagai berikut :

Kindom : Fungi

Divisi : Basidiomycota

Kelas : Homobasidiomycetes

Ordo : Agaricales

Famili : Pluteaceae

 Genus : Volvariella

Spesies : Volvariella volvaceae

 

Genus Marasmius

Text Box: cText Box: aText Box: b

 

Gambar 10. a) Genus Marasmius (Fergus, 1960) b) Genus Marasmius (Eryergit, 2021) c) Basidiospores (Eryergit, 2021)

 

Jamur ini terdapat pada Ordo Agaricales yang mana termasuk ke dalam spesies Maramius sp jamur ini merupakan jamur yang digolongkan termasuk kedalam jamur pelapuk putih yang tumbuh baik pada suhu 32,4°C atau 30°C dengan kelembapan 60-70%. Marasminus sp memiliki tubuh buah berebentuk lembaran, bermacam warna salah satunya berwarna putih dan memiliki ukuran sekitar 5 cm. Habitat jamur ini terdapat pada kayu mati, atau kayu yang sudah busuk dan  lembab. Jamur ini masuk ke dalam kelas Basidiomycetes karena memiliki ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler dan memiliki hifa yang bersekat serta memiliki kemampuan mendegrasikan lignin secara efisien. Meski terlihat seperti jamur umumnya namun jamur Marasminus sp ini dapat menyala dalam gelap (Ahmad Baihaqi) http://www.greeners.com.. Masyarakat menyebut jamur ini dengan bahasa Hjan Tdonlis ( Malam Panjang) jamur ini tumbuh di tengah hutan yang masih utuh. Untuk melihat jejak atau bentuk pada spora ini adalah menggunakan mikroskop dengan lensa objektif perbesaran x10/0,25 (10x). Jamur ini ditemukan pada titik koordinat E 1°17´34.6̋ S 131°43´36.41̋, dengan ukuran pH 5.

 

Adapun Klasifikasi  menurut  https://en.m.wikipedia.org/wiki/marasmius

Kindom : Fungi

Divisi : Basidiomycota

Kelas : Agaricomycetes

Ordo : Agaricales

Famili : Marasmiaceae

Genus : Marasmius

 

Famili Hygrophoraceae

Text Box: aText Box: bText Box: c

 

Gambar 11. a) Famili Hygrophoraceae (Fergus, 1960) b) Famili Hygrophoraceae (Eryergit, 2021) c) Basidiospores (Eryergit, 2021).

 

Jamur ini termasuk dalam ordo Agaricales Filum Basidiomycota yang mana tumbuh pada kayu mati, yang berada pada tempat yang lembab. Jamur ini tumbuh berkelompok dan berwarna putih bentuknya seperti payung (https://en.m.wikipedia.org/wiki/hygrophoraceae). Masyarakat bisanya menyebutnya dengan nama Hjan Raklin (Jamur Cahaya). Kenapa di sebut jamur cahaya karena letak jamur ini berada di dalam hutan yang masih utuh belum di rusak, jamur ini tumbuh pada titik koordinat E 1°17’35.4̋ S 131°43´34.7̋ , dengan ukuran pH 9,0. Untuk melihat jejak atau bentuk pada spora ini adalah menggunakan mikroskop dengan  lensa objektif perbesaran x10/0,25 (10x).

Adapun klasifikasi menurut https://en.m.wikipedia.org/wiki/hygrophoraceae

Kingdom : Fungi

Divisi : Basidomycota

Kelas : Agaricomycetes

Family : Hygrophoraceae

 

Genus Mycena

Text Box: bText Box: aText Box: c

Gambar 12.  a) Genus Mycena (Fergus, 1960) b) Genus Mycena (Eryergit, 2021) c) Basidiospores (Eryergit, 2021).

 

Jamur ini termasuk ke dalam Ordo Agaricales yang mana spesies dari jamur ini adalah Mycena sp, memiliki struktuk yang lembut dan memiliki pilues berbentuk parabola kecil, permukaan halus, tepi bergaris halus, lamella teratur, tipe berukuran sama dengan pangkal sampai ujung dengan panjang 3,5 cm dan terletak berpusat ditengah (Gerhardt, 2000). Jamur ini tumbuh pada tempat yang lembab dengan ukuran pH 8,5 biasanya masyarakat menyebut jamur ini dengan nama Hjan Twok ( Jamur Minuman). Hjan Twok berada pada titik koordinat E 1°17´40.6̋ S 131°43´36.5̋, untuk melihat jejak atau bentuk pada spora ini adalah menggunakan mikroskop dengan lensa objektif perbesaran x10/0,25 (10x).

 

Adapun klasifikasi menurut https://en.m.wikipedia.org/wiki/mycena

Kingdom : Fungi

Divisi : Basidiomycota

Kelas : Agaricomycetes

Ordo : Agaricales

Famili : Mycenaceae

Genus : Mycena

 

Bedasarkan jenis  jamur yang  di jumpai di Kampung Kaas dan Klabra Distrik Beraur yaitu : Auricularia auricula, Cookeina sulcipes, Pleurotus ostreatus, Pseudotrametes sp, Pycnoporus sp, Lentinus tigrinus, Pluteus cervinus, Lactarius rufus Volvariella volvaceae, Genus Marasmius, Genus Mycena dan Family Hygrophoraceae.

 

KESIMPULAN

Pada Kawasan Hutan Kampung Kaas dan Klabra Distrik Beraur Kabupaten sorong ditemukan 12 jenis jamur yaitu Auricularia auricula, Cookeina sulcipes, Pleurotus ostreatus, Pseudotrametes sp, Pycnoporus sp, Lentinus tigrinus, Pluteus cervinus, Lactarius rufus, Volvariella volvaceae, Genus Marasmius, Genus Mycena dan Famili Hygrophoraceae.Pemanfaatan jamur oleh masyarakat lokal sebagai bahan makanan ada 4 jenis yaitu Auricularia auricular, Pleurotus ostreatus, Lentinus tigrinus  dan Vollvariella volvariela. Jamur Yang tidak dikonsumsi ada 8 jenis yaitu Cookeina sulcipes, Pseudotrametes sp, Pycnoporus sp, Pluteus cervinus, Lactarius rufus,Genus Marasmius, Genus Mycena dan Family Hygrophoraceaen

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Gunawan, A. W. (2001). Usaha Pembibitan Jamur Tiram Putih. Penebar Swadaya. Jakarta.

 

Ketut, L. (2012). Makalah Tentang Jamur, (Online).

 

Muchroji, C. Y. A. (2004). Budi Daya Jamur Kuping. Jakarta: Penebar Swadaya.

 

Noverita, Noverita, Sinaga, E., & Setia, Tatang M. (2017). Jamur makro berpotensi pangan dan obat di kawasan cagar alam lembah anai dan cagar alam batang palupuh Sumatera. Jurnal Mikologi Indonesia, 1(1), 15–27.

 

Saragih, Raskita. (2014). Nugget jamur tiram (Pleurotus ostreatus) sebagai alternatif pangan sehat vegetarian. E-Journal WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan, 1(1), 36813.

 

Sufaati Supeni, Vita Purnamasari, Verena Agustini, Suharno. (2017). Jamur Alam Papua yang Berpotensi Sebagai Jamur Konsumsi. Jurnal Biologi Papua, 9(1), 20–24.

 

Suharno, Suharno, Sufaati, Supeni, Agustini, Verena, & Tanjung, Rosye Hefmi Rechnelty. (2015). USAha Domestifikasi Tumbuhan Pokem (Setaria Italica L.) Masyarakat Lokal Pulau Numfor, Kabupaten Biak Numfor Sebagai Upaya Menunjang Ketahanan Pangan Nasional (the Effort of Domestication of Pokem {Setaria Italica (L.) Beauv} by Local Communities). Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 22(1), 73–83.

 

Yigibalom, SARAH, Sufaati, SUPENI, & Purnamasari, Vita. (2014). Analisa kadar protein jamur alam yang dominan dikonsumsi masyarakat lokal di Kabupaten Lanny Jaya. Jurnal Biologi Papua, 6(2), 75–79.

 

Anggriawan, I. 2014. Inventarisasi Jamur Tingkat Tinggi (Basidiomycetes) Di Gunung Singgalang Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 3(2) –Juni 2014 : 147-153 (ISSN : 2303-2162).

 

Fajar Sidik Gunadi, 2019. Distrik Beraur Dalam Badan Pusat Statistik Kabupaten Sorong.

 

Munir, E. 2006. Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi  Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Mikrobiologi FMIPA USU. USU Repository. Medan.