ANALISIS
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS V PADA
MATERI PECAHAN
Aam
Amaliyah1, Khalisha Salsabila2, Najwan Dennisa Yasmin3, Tiara Dama Yanti4, Tiara Nur
Annisa5
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Universitas Muhammadiyah Tangerang1,2,3,4,5
[email protected]1, [email protected]2,
[email protected]3,
[email protected]4,
[email protected]5
Diterima: 31-05-2022��������������������� ��������������� Review: 03-06-2022������������������������ ��������������� Publish: 14-06-2022
Abstrak:
Penelitian
ini bermaksud guna mendeskripsikan pemahaman konsep matematis siswa dalam
operasi hitung pecahan kelas V SDN Pasirawi yang beralamat di Kp. Waru Ds.
Pasir Jaya Kec. Cikupa Kab. Tangerang 15710. Penelitian ini mengkaji seberapa
paham siswa kelas V SDN Pasirawi mampu memahami konsep matematis siswa pada
materi operasi hitung pecahan. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara pada
seorang guru wali kelas V SDN Pasirawi dan melakukan riset berupa pemberian
soal terhadap 37 siswa. Dari hasil riset tersebut pada pemahaman konsep matematis
kelas V di SDN Pasirawi terdapat banyak siswa yang sudah memahami dan masih ada
pula siswa yang kesulitan dalam memahami materi pecahan. Teknik pengumpulan
data memakai teknik wawancara, observasi, dan tes. Lalu, data dianalisis dengan
teknik analisis data kualitatif. Menurut hasil wawancara, observasi dan tes,
75% siswa sudah tuntas memahami konsep matematika, dan 25% siswa masih
kesulitan memahami konsep matematika karena beberapa faktor yang mempengaruhi
siswa tersebut.
Kata Kunci:
Pemahaman Konsep, Matematis, Materi Pecahan.
Abstract:
This
study intends to describe the understanding of students' mathematical concepts
in fractional arithmetic operations for class V at SDN Pasirawi which is
located at Kp. Waru Ds. Pasir Jaya district. Cikupa Kab. Tangerang 15710. This
study examines how well the fifth grade students of SDN Pasirawi are able to
understand students' mathematical concepts in the matter of fractional
arithmetic operations. This research was conducted through interviews with a
fifth grade homeroom teacher at SDN Pasirawi and conducted research in the form
of giving questions to 37 students. From the results of this research on
understanding mathematical concepts for class V at SDN Pasirawi there are many
students who already understand and there are still students who have
difficulty understanding fractions. Data collection techniques used interview,
observation, and test techniques. Then, the data were analyzed using
qualitative data analysis techniques. According to the results of interviews,
observations and tests, 75% of students have completely understood mathematical
concepts, and 25% of students still have difficulty understanding mathematical
concepts because of several factors that influence these students.
Keywords: Understanding of Concepts, Mathematical,
Fraction Material.
���������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
Corresponding: Tiara
Nur Annisa
E-mail: [email protected]
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan pondasi dalam
kemajuan bangsa. Menurut (Nasution & Sirait, 2016), Pendidikan merupakan unsur
terpenting dan sangat diperlukan dalam membentuk sikap, pola pikir, dan
kepribadian manusia seutuhnya.
Menurut Budimansyah dalam (Haryati, 2012) belajar adalah perubahan kemampuan,
sikap, atau perilaku siswa yang relatif tahan lama karena pengalaman atau
latihan. Sedangkan menurut (Suprihatiningrum, 2013), belajar adalah proses utama dalam
kehidupan sekolah. Beberapa ahli berpendapat bahwa, menurut (Chalil, 2009), belajar adalah proses dimana siswa
dan pendidik berinteraksi dengan sumber belajar dalam lingkungan belajar. Belajar
adalah proses komunikasi dua arah dimana guru sebagai pendidik mengajar dan
siswa belajar (Sagala, 2010). Menurut (Mahyuddin et al., 1997), belajar adalah proses mengubah
perilaku keterampilan kognitif, yaitu memperoleh pengetahuan dan mengembangkan
keterampilan.
Menurut para ahli pendidikan, belajar
mempunyai arti yang lebih konstruktif, yaitu mengusahakan peserta didik untuk
dapat belajar, merasa perlu belajar, termotivasi, mau belajar dan tertarik guna
belajar secara konsisten, dengan demikian menekankan inisiatif peserta didik
dalam belajar dan diharapkan bisa �menstimulus
selama proses pembelajaran untuk hasil yang maksimal.
Belajar adalah memodifikasi atau
memperkuat perilaku melalui pengalaman. Skinner menurut (Sutikno, 2013) mendefinisikan belajar sebagai proses
adaptasi atau penyesuaian sikap yang terjadi secara bertahap, sedangkan Sutikno
sendiri menjabarkan belajar sebagai tahapan usaha seseorang guna mendapat
pengalaman baru. Memahami atau mengerti dapat diartikan sebagai menggenggam
sesuatu. Oleh sebab itu, belajar berarti harus secara mental memahami arti dan
filosofinya, maksud dan implikasinya, serta penerapannya, alhasil siswa bisa
memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang sedang belajar.
Pemahaman atau komprehensif mempunyai makna yang
sangat mendasar, yaitu mendistribusikan bagian-bagian pembelajaran secara
proporsional. Tanpa itu, pengetahuan keterampilan dan perilaku tidak akan ada
artinya (Sardiman, 2020). Menurut (NCTM, 2000), guna mencapai pemahaman yang
bermakna, pembelajaran matematika perlu ditujukan untuk mengembangkan
keterampilan koneksi matematis antara berbagai ide, memahami bagaimana ide-ide
matematika terkait satu sama lain, alhasil membangun pemahaman yang
komprehensif, dan memakai matematika pada konteks eksternal. Konsep menurut (Ruseffendi, 2006) adalah abstraksi yang memungkinkan
kita guna mengkategorikan objek atau peristiwa yang bersifat contoh daripada
contoh. Memahami konsep adalah menjabarkan hubungan antar konsep dan menerapkan
konsep atau logaritma secara fleksibel dan akurat dalam pemecahan masalah (Wardhani, 2008).
Sementara menurut (Haris & Jihad, 2013), pemahaman konseptual adalah
kemampuan siswa guna memahami konsep dan menjalankan program (algoritma) secara
fleksibel, akurat, efisien dan tepat. Pemahaman konsep merupakan studi lebih
lanjut dari penanaman konsep yang bermaksud guna memberikan pemahaman yang
lebih baik kepada siswa mengenai suatu konsep matematika (Heruman, 2007).
Menurut uraian di atas, bisa diambil
kesimpulan bahwa pemahaman konsep matematika adalah kemampuan untuk menyatakan
kembali konsep-konsep abstrak guna mengkategorikan objek atau peristiwa yang
merupakan contoh daripada contoh, memahami istilah dan prosedur dari ide, untuk
berbagai Representasi matematika menyajikan ide-ide dan menerapkannya pada
pemecahan masalah.
Matematika adalah salah satu cabang
ilmu eksakta yang tersusun secara sistematis pada suatu sistem dengan struktur
logis, disertai aturan-aturan yang tegas, untuk mengidentifikasi fakta-fakta
kuantitatif dan masalah-masalah ruang dan bentuk serta perhitungannya (Suharjo, 2013). Menurut (Hariwijaya, 2009),
matematika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari struktur, perubahan, dan
pola spasial. Jadi secara informal bisa juga disebut ilmu bilangan dan bilangan.
Mempelajari Matematika tidak terlepas
dengan bilangan dan operasi hitung, baik operasi penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian. Salah satu bagian spesifikasi dipelajari siswa SD
yaitu bilangan pecahan. Pada umumnya, materi pecahan ini dipelajari oleh siswa
Sekolah Dasar kelas III, mereka telah dibekali dasar dasar pada materi pecahan.
Lalu, kembali diulas pada kelas V, tentunya dengan materi yang lebih rumit. Di
kelas V akan dipelajari cara pengapilikasiannya. Menurut
Sulis Sutrisna, pecahan adalah suatu hal yang tidak lengkap, jumlahnya kurang
lebih. Selain pemikiran tersebut, Hruman juga meyakini bahwa pecahan bisa
disebut sebagai bagian dari suatu keseluruhan. Misalnya, dalam ilustrasi
gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, umumnya ditandai
dengan bayangan bagian ini disebut molekul. Sementara bagian yang lengkap
adalah bagian yang dianggap sebagai penyebut.
Penelitian ini bermaksud guna
menganalisis kemampuan pemahaman konsep matematis siswa materi pecahan melalui
wawancara terhadap guru wali kelas V SDN Pasirawi dan melakukan riset terhadap
siswa tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan �mengapa� riset
itu dilaksanakan. Tujuan penelitian adalah guna dapat menganalisis dan
mendeskripsikan suatu konsep dan solusi terhadap jenis penelitian yang akan dilakukan.
Latar belakang dibuatnya riset ini guna
melihat pemahaman konsep matematis siswa khususnya siswa kelas V di SDN
Pasirawi yang tidak semua siswa memahami konsep tersebut. Karena konsep-konsep
matematika saling berkaitan, maka pembelajarannya harus menuntut siswa. Jika
siswa memahami konsep tersebut maka akan memudahkan
siswa untuk mempelajari konsep matematika kompleks selanjutnya alhasil siswa
akan lebih mudah dalam menyelesaikan soal matematika, dan jika siswa memahami
konsep tersebut maka akan memudahkan siswa tersebut. untuk
memecahkan masalah yang sudah dibuat.
METODE
PENELITIAN
Metode yang dipakai pada riset ini
yaitu metode kualitatif. Metode kualitatif dipakai guna mendapatkan data yang
mendalam. Metode ini pula sangat membantu peniliti dengan mudah guna menggali
informasi yang lebih akurat terkait topik penelitian yang peniliti pilih.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Setelah melakukan wawancara, observasi
terhadap guru kelas V dan tes diberikan kepada siswa, peneliti mendapatkan
informasi bahwa 75% dari siswa kelas V yang berjumlah 37 siswa dapat memahami
konsep materi pecahan dengan baik, sedangkan 25% sisanya kurang dalam memahami
materi tersebut. Kemudian peneliti mencoba membuktikan informasi tersebut
dengan mendeskripsikan soal uraian yang diberikan guru kepada siswa dengan
jumlah 5 soal materi pecahan. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa 11 dari 37
siswa masih belum memenuhi standar integritas minimal (KKM) karena ketika
diberikan soal cerita, siswa kesulitan untuk menyelesaikannya. Hal ini diakibatkan
karena keterampilan prasyarat yang tidak dimiliki siswa. Kompetensi prasyarat
menjadi penting karena (Hudojo, 2003) berpendapat bahwa �dalam konsep
matematika, jika konsep A dan konsep B merupakan dasar dari konsep C, konsep C
tidak dapat dipelajari terlebih dahulu baru kemudian konsep A dan B. Demikian
juga hanya setelah memahami konsep C dapatkah Anda mempelajari konsep D, dll.
Hasil pengujiannya ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 1. Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa
No |
Indicator Pemahaman Konsep |
Hasil |
1. |
Maenyatakan
ulang sebuah konsep |
85% |
2. |
Mengklasifikasi
objek sesuai dengan sifat tertentu sebagai konsepnya |
80% |
3. |
Memberi
contoh dan bukan contoh dari suatu konsep |
75% |
4. |
Menyajikan
konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis |
75% |
5. |
Kondisi
yang diperlukan atau cukup untuk mengembangkan konsep |
70% |
6. |
Memakai
dan mengeksploitasi dan memilih program atau tindakan tertentu |
70% |
7. |
Menerapkan
konsep atau algoritma untuk masalah |
70% |
Sumber: Hasil Penelitian 2022
Menurut Tabel 1 di atas, 85% siswa dapat
mengungkapkan kembali suatu konsep, 80% siswa mampu mengklasifikasikan objek
sebagai konsep berdasarkan beberapa atribut, 75% siswa mampu memberikan contoh
daripada contoh konsep, dan siswa mampu mengungkapkan konsep 75% matematikawan
menunjukkan bahwa 70% siswa mampu mengembangkan persyaratan yang diperlukan
untuk konsep, 70% dapat memakai, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu,
dan 70% dapat menerapkan konsep untuk pemecahan masalah. Nilai rata-rata
pemahaman konsep hanya 75%. Hasil tes memperlihatkan bahwa sebagian besar siswa
mampu memahami indikator pemahaman konsep, alhasil bisa diambil kesimpulan
bahwa siswa kelas V sekolah tersebut masih memiliki kemampuan pemahaman konsep
yang memadai pada materi pecahan.
Tabel 2. Tabel Data Statistik Skor
kemampuan operasi hitung bilangan pecahan
NILAI |
FREKUENSI |
55 |
1 |
60 |
1 |
65 |
9 |
70 |
7 |
75 |
6 |
80 |
4 |
85 |
2 |
90 |
4 |
95 |
3 |
JUMLAH |
37 |
Sumber:
Hasil Penelitian 2022
Menurut hasil riset yang diperlihatkan
pada tabel 2, dari 37 siswa yang mendapatkan nilai tertinggi berjumlah 3 orang
dan yang memperoleh nilai terendah yaitu 1 orang. Sementara yang memperoleh
nilai dibawah KKM berjumlah 11 orang. Setelah mewawancarai siswa yang
mendapatkan nilai tertinggi, peneliti mendapatkan informasi bahwa siswa
tersebut telah mengikuti kegiatan belajar tambahan diluar jam sekolah sehingga
kemampuan mereka dalam bermatematika lebih unggul dibanding mereka yang mendapatkan
nilai terendah. Siswa ini menunjukkan sikap kemandirian dalam belajar, suka
tantangan, latihan, dan memiliki keingintahuan yang tinggi. Kondisi keluarga
juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan intelektual siswa. Anak yang
memiliki nilai rendah kerap kali memiliki masalah kesulitan dalam belajar,
kemungkinan Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang siswa memperoleh nilai
yang rendah, sebagaimana yang diungkapkan oleh (Slameto, 2015). Bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar siswa antara lain:� faktor internal dan eksternal. Faktor
internal mencakup: kondisi kesehatan, minat, bakat, motivasi, kebiasaan belajar
dan faktor eksternal mencakup: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat.
KESIMPULAN
Menurut �pembahasan diatas bisa diambil kesimpulan
bahwa diketahui seperempat dari 37 siswa di bangku kelas V SD masih kebingungan
ketika guru memberi soal penyelesaian berupa soal cerita yang berbeda dengan
contoh yang diberikan sebelumnya.� Hal
demikian menunjukkan bahwa siswa masih rendah dalam pemahaman konsep matematis
materi pecahan dan perlu ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Chalil, A. (2009). Pembelajaran
Berbasis Fitrah. Jakarta: PT. Balai Pustaka (Persero).
Haris,
A., & Jihad, A. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Haryati,
S. (2012). Belajar& Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning.
Confucius, filosofis China Silberman.
Heruman.
(2007). Model Pembelajaran Mtematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hudojo,
H. (2003). Mengajar Belajar Matematika, Ditjen Dikti Depdikbud. Jakarta:
P2LPTK.
Mahyuddin,
R., Elias, H., & Bakar, K. A. (1997). Pedagogi 2. Kuala Lumpur:
Longman Malaysia Sdn. Bhd.
Nasution,
U. S. Z., & Sirait, M. (2016). Effect of Problem Based Learning and Model
Critical Thinking Ability to Problem Solving Skills. Jurnal Pendidikan
Fisika, 5(2), 112�117. https://doi.org/10.22611/jpf.v5i2.4409.
NCTM.
(2000). Standards for school mathematics Reston, VA Natl. VA: NCTM.
Ruseffendi,
E. T. (2006). Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya
dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Sagala,
S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran, Cet. Bandung: Alfabeta.
Sardiman,
A. M. (2020). Interaksi & motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Slameto.
(2015). Belajar dan faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Riena
Cipta.
Suharjo,
B. (2013). Membantu anak Belajar Matematika. Gresik: Scientia
Publishing.
Suprihatiningrum,
J. (2013). Strategi pembelajaran teori dan aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Sutikno,
S. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistika.
Wardhani,
S. (2008). Analisis SI dan SKL mata pelajaran matematika SMP/MTs untuk
optimalisasi tujuan mata pelajaran matematika. Yogyakarta: PPPPTK.
�