MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA MATERIï¿½ SISTEM HUKUM DAN PERADILAN DI INDONESIA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MEMBENTUK KARAKTER BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI MIA 3 SMA N 1 TENGGARONG

TAHUN PELAJARAN 2021-2022

Jiati

Sekolah Menengah Atas Negri 1 Tenggarong Kutai Kartanegara Kalimantan Timur

[email protected]

Abstrak:

Setiap anggota masyarakat sangat mendambakan seluruh masyarakatnya dipersiapkan untuk menjadi warganegara yang baik dan dapat berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan negaranya. Namun pada pembelajaran PKN tentang system hukum dan peradilan di Indonesia, hal itu telah terdeteksi oleh peneliti dari hasil belajar siswa yang rendah. Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya menjadi perhatian utama.Tidak ada tugas yang lebih penting dari pengembangan warganegara yang bertanggung jawab, efektif dan terdidik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bahwa dengan penggunaan media audiovisualï¿½ dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas XI MIAï¿½ 3 di SMA Negeri 1 Tenggarong pada materiï¿½ sistem hukum dan peradilan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media audivisual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI MIA 3 SMA Negri 1 Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara ditunjukkan dengan ketuntasan belajar (hasil belajar) baik secara individu maupun klasikal.

Kata kunci: Siswa, Pendidikan Kewarganegaraan, Hukum dan Peradilan.

Abstract:

Every member of society really craves that the whole community is prepared to become good citizens and can participate in the life of the community and country. However, in PKN learning about the legal and judicial system in Indonesia, it has been detected by researchers from low student learning outcomes. Citizenship Education should be the main concern. There is no more important task than developing responsible, effective and educated citizens. The purpose of this study was to find out that the use of audiovisual media could improve Civics learning outcomes for students of class XI MIA 3 at SMA Negeri 1 Tenggarong on the subject of the legal and judicial system in Indonesia. This research uses classroom action research method. The results showed that audiovisual media could improve student learning outcomes in class XI MIA 3 SMA Negeri 1 Tenggarong, Kutai Kartanegara Regency, indicated by mastery learning (learning outcomes) both individually and classically.

Keywords: Students, Citizenship Education, Law and Justice.ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½

Corresponding: Jiati

E-mail: [email protected]

PENDAHULUAN

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berbentuk republik yang telah diakui oleh dunia Internasional dengan memiliki ratusan juta rakyat, wilayah darat, laut dan udara yang luas serta terdapat organisasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang berkuasa (Adiwilaga et al., 2018). Negara merupakan suatu organisasi dari rakyat negara tersebut untuk mencapai tujuan bersama dalam sebuah konstitusi yang dijunjung tinggi oleh warga negara tersebut. Indonesia memiliki Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi cita-cita bangsa secara bersama-sama (Saputra, 2022).

Setiap anggota masyarakat sangat mendambakan seluruh masyarakatnya dipersiapkan untuk menjadi warganegara yang baik dan dapat berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan negaranya (Soumena, 2019). Keinginan tersebut lebih tepat disebut sebagai perhatian yang terus tumbuh, terutama dalam masyarakat demokratis. Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa tak satu pun negara, termasuk Indonesia, telah mencapai tingkat pemahaman dan penerimaan terhadap hak-hak dan tanggung jawab di antara keseluruhan warganegara untuk menyokong kehidupan demokrasi konstitusional (Tuhuteru, 2019). Seluruh rakyat hendaknya menyadari bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan demokrasi konstitusional. Sebagaimana yang selama ini dipahami bahwa ethos demokrasi sesungguhnya tidaklah diwariskan, tetapi dipelajari dan dialami.

Setiap individu adalah masyarakat baru yang harus memperoleh pengetahuan, mempelajari keahlian, dan mengembangkan karakter atau watak publik maupun privat yang sejalan dengan demokrasi konstitusional (Sadeli & Priyanto, 2018). Sikap mental ini harus dipelihara dan dipupuk melalui perkataan dan pengajaran serta kekuatan keteladanan. Oleh karena itu, Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya menjadi perhatian utama. Tidak ada tugas yang lebih penting dari pengembangan warganegara yang bertanggung jawab, efektif dan terdidik (Hidayatul Musarofah, 2015).

Namun pada pembelajaran PKN tentang, system hukum dan peradilan di Indonesia, hal itu telah terdeteksi oleh peneliti dari hasil belajar siswa yang rendah. Jumlah siswa kelas XI MIA 3 SMAN 1 Tenggarong sebanyak 32 siswa. Namun hanya 12 siswa yang dapat meraih ketuntasan. Masih ada 20 siswa yang lain masih belum tuntas. Hal ini menunjukkan adanya permasalahan pada pelaksanaan pembelajaran tersebut.Siswa masih kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mata pelajaran tersebut. Saat guru sedang menjelaskan pelajaran di depan kelas, ternyata ada siswa yang melakukan aktivitas sendiri seperti berbicara sendiri dengan teman sebelahnya, bermain HP, bermain penggaris, dan masih banyak lagi. Hal itu disebabkan karena guru PKN dalam mengajar hanya menggunakan metode ceramah tanpa didukung dengan menggunakan media pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti berusaha untuk mengatasinya dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran.

Perbaikan pembelajaran akan dilaksanakan melalui Penelitian Tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan media audiovisual. Dengan penggunaan media audiovisual ini siswa akan lebih tertarik pada materi pembelajaran, karena penyajian materi dilakukan dengan menggunakan pemutaran audio dan juga dinikmati melalui visual.

Di samping untuk meningkatkan hasil belajar pembentukkan berpikir kritis juga di perlukan sebagai salah satu karakter yang dikembangkan dari dua belas karakter yang harus diajarkan kepada peserta didik di sekolah dan termasuk dalam penilaian autentik. Berpikir kritis (analytical thingking) adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seorang professional (Oktaviani et al., 2018). Berpikir kritis akan membantu profesional dalam memenuhi kebutuhan klien. Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah-sasaran yang membantu individu membuat penilaian berdasarkan data bukan perkiraan (Riski, 2020). Berpikir kritis adalah sebuah juga konsep untuk merespon sebuah pemikiran atau teorema yang kita terima (Sudarwinarti, 2019). Respon tersebut melibatkan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis.

Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bahwa dengan penggunaan media audiovisualï¿½ dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas XI MIAï¿½ 3 di SMA Negeri 1 Tenggarong pada materiï¿½ sistem hukum dan peradilan di Indonesia. Sebagai penelitian tindakan kelas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang pendidikan mengenai pentingnya penggunaan media audio visual dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Serta hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai dasar pijakan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yang sejenis.

METODE PENELITIAN

Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Actian Research. PTK dipilih karena peneliti ini untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas XI MIA 3 SMA Negeri 1 Tenggarong tempat peneliti mengajar agar diperoleh hasil yang optimal. Hal ini didasarkan pada pendapat Ebbutt (Wiriaatmadja, 2008) yang mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dalam melaksanakan tindakan-tindakan pembelajaran berdasarkan refleksiï¿½ mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru yang melakukan pembelajaran dengan menerapkan media pembelajaran audio visual untuk meningkatkan hasil belajar PKN. Selain itu guru tersebut juga bertindak sebagai observer guna mengamati proses pembelajaran sehingga kekurangan-kekurangan yang terjadi pada suatu siklus tidak terulang lagi pada siklus berikutnya serta memberikan saran untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.

Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu satu research yang dilakukan di kelas (Igak & Wihardit, 2009). Penelitian ini dilakukan melalui proses kerja kolaborasi dengan pihak lain seperti guru, siswa dan pehak sekolah yang lain untuk menciptakan kinerja sekolah yang lebih baik.

Gambar 1. Siklus Tahapan Penelitian Tindakan Kelas

ï¿½ï¿½ï¿½ï¿½ Adapun uraian tindakan setiap siklus, sebagai berikut:

1. Tahapan Perencanaan (planning) adalah merencakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

2. Tahapan tindakan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya peningkatan kemampuan berbicara siswa.

3. Tahapan Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran berlangsung

4. Tahapan refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses pembelajarana selannjutnya.

Dalam metode pengumpulan data peneliti menggunakan metode observasi yang dilakukan di kelas XIï¿½ MIA 3 SMA Negeri 1ï¿½ Tenggarong.ï¿½ Alat pengumpulan data dengan lembar observasi. Kemudian melakukan wawancara dengan mewawancarai guru dan beberapa siswa untuk memperoleh data responden tentang penerapan media audiovisual dalam pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMA Negri 1 Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara di kelas XI MIA 3. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan menggunakan 2 tahapan yaitu siklus I dan siklus II, dan jika diperlukan akan dilakukan siklus III.

1. Hasil penelitian siklus I

Sebagaimana penelitian tindakan kelas maka penelitian dilakukan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, obnservasi dan refleksi yang pada akhirnya memebentuk sebuah siklus. Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Perencananan tindakan

Dengan perencanaan tindakan ini dipersiapkan kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan penelitianï¿½ yang akan dilakukan berkenaan dengan pembelajaran yang diterapkan:

1) Melakukan studi pustaka untuk menyiapkanï¿½ bahan-bahan persiapan pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual.

2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada tindakan yang diterapkan dalam PTK yaitu dengan media audiovisual.

3) Mempersiapkan media dan alat pembelajaran yang akan digunakan.

4) Membuat instrumenï¿½ yang akan digunakan dalam penelitian.

b. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan di kelas XI MIA 3 semester 1 tahun 2021/2022. Dengan jumlah siswa 32 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengamat sekaligus sebagai pengajar di kelas XI MIA 3ï¿½ SMA Negri 1 tenggarong kabupaten kutai Kartanegara. Adapunï¿½ proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah disiapkan. Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif dengan tujuanï¿½ untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan., yaitu untik mengetahui hasil belajar. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 1. rekapitulasi hasil akhir pada siklus I

Uraian	Nilai	Jumlah
Rata-rata	75,75	-
Tuntas %	71,87%	23
Tidak tuntas %	28,18%	9

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran media audiovisual diperoleh nilai rata-rata hasil belajarï¿½ siswa adalah 75,75 dan ketuntasan belajar yang dicapai adalah 71,87% atau 23 siswa dari 32 siswa sudah tuntas belajar, sedangkan sisanya yaitu 9 siswa belum tuntas. Hasil tersebutï¿½ menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas dalam hasil belajarï¿½ ( terdapat 9 siswa memiliki nilai dibawah 68), karena siswa yang memperoleh nilai ≤ 68 hanya sebesar 71,87% lebih kecil dari prosentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini, guru yang menjadi observer melaksanaan pengamatan secara langsung terhadap aktifitas guru dan aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan mereka diisikan pada lembar observasi yang telah peneliti siapkan. Hasil observasi ini sebagai masukan dan evaluasi untuk perbaikan pada pertemuan berikutnya.

Tabel 2. Aktifitas guru pada siklus I

aktifitas	P1	P2	rerata
Sebagai fasilitator	3	3	3
Sebagai pengawas	4	3	3.5
Sebagai ahli atau expert atau agent of instruction	4	3	3,5
Sebagai penghubung kemasyarakatan atau socializing agent	3	3	3
Sebagai nara sumber	3	4	3,5
Rata-rata	3,4	3,2	3,3

Keterangan: 1;sangat kurang,ï¿½ 2;kurang,ï¿½ 3;cukup , 4;baik,ï¿½ 5;sangat baik

Berdasarkan tabel aktivitas guru pada siklus I diketahui bahwa guru secara umum guru telah cukup baik dalam menggunakan media audiovisual, bahkan pada indicator sebagai penghubung kemasyarakatan atau socializing agent sudah baik. Namun demikian, untuk indicator lainnya, perlu sekali ditingkatkan, dan masih ada potensi untuk ditingkatkan berdasarkan kemampuan yang ada. Dan secara keseluruhan aktivitas guru dalam media audiovisual dalam kategori cukup.

Tabel 3. Aktivitas siswa siklus I

Aktivitas	P1	P2	rerata
Siswa antusias dengan model pembelajaran	4	3	3,5
Siswa bertanya dan diskusi secara aktif dalam forum	4	4	4
Siswa mempresentasikan materi	4	3	3,5
Siswa berusaha menentukan tema ide dan gagasan	3	3	3
Siswa mengikuti diskusi sesuai arahan	3	4	3,5
Siswa antusias untuk melakukan diskusi kelompok	4	3	3,5
Siswa menangkap arahan/petunjuk yang diberikan	3	3	3
Rata-rata	3,5	3,2	3,4

Keterangan:ï¿½ 1:sangat kurangï¿½ï¿½ 2:kurangï¿½ï¿½ 3:cukupï¿½ï¿½ 4:baikï¿½ï¿½ 5:sangat baik

Berdasarkan tabel aktivitas siswa pada siklus I diketahui bahwa hampir semua aktivitas yang ditunjukkan siswa masih kurang terkait dengan mengikuti diskusi dan arahan petunjuk yang diberikan, hanya pada aktivitas siswa bertanya dengan aktif terhadap sumber belajar dapat dikategorikan baik, sehingga perlu ditingkatkan dan dioptimalkan aktivitas siswa. Namun demikian secara umum aktivitas siswa adalah cukup tetapi masih perlu ditingkatkan karena masih terdapat indicator yang dapat dioptimalkan.

d. Refleksi

Pada tahap selanjutnya dipaparkan tentang pelaksanaan media audiovisual baik kelebihan maupun kekurangan yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan data-data penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru melaksanakan semua pembelajaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan dengan baik. Namun demikian aktivitas masih perlu ditingkatkan. Khususnya sebagai fasilitator,pengawas dalam media audiovisual yang diterapkan

2) Dalam proses belajar mengajar siswa terlihat/tampak cukup aktif dari siklus yang diterapkan namun perlu didorong untuk menjadi lebih aktif karena dapat menggali potensi dari sumber belajar yang ada.

3) Hasil belajar pknï¿½ï¿½ belum mengalami ketuntasan pada siklus I sehingga diperlukan siklus lebih lanjut agar dapat tuntas namun sebelumnya dilakukan perbaikan pada perencanaan pembelajarannya.

4) Mendorong peningkatan aktivitas siswa dalam hasil belajar.

2. Hasil penelitian Siklus II

a. Perencanaan tindakan

Dalam perencanaan tindakan ini dipersiapkan kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan berkenaan dengan pembelajaran yang duharapkan:

1) Melakukan studi pustaka untuk menyiapkan bahan-bahan persiapan pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual

2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada tindakan yang diterapkan dalam PTK yaitu dengan media audiovisual dengan melakukan revisi-revisi pada siklus I

3) Mempersiapkan media dan alat pembelajaran yang akan digunakan

4) Membuat instrumen yang akan digunakan pada penelitian.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan di kelas XI MIA 3 SMA Negeri 1 Tenggarong dengan jumlah siswa 32 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengamat sekaligus sebagai pengajar dikelas XI MIA 3. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana hasil belajar telah disiapkan. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengahar siswa diberi tes formatif untuk hasil belajar dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Rekapitulasi hasil Akhir Pada Siklus II

Uraian	Nilai	Jumlah
Rata-rata	78,75
tuntas	90,62%	29
Tidak tuntas	9,3%	3

ï¿½Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran media audiovisual diperoleh rata-rata kemampuanï¿½ menulisï¿½ siswa adalah 78,75 dan ketuntasanï¿½ belajarï¿½ menulis mencapai 90,62% atau 29 siswa dri 32 siswa sudah tuntas pada semangat belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua secara klasikal siswa sudah tuntas belajar pada hasil belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 68 sebesar 90,62% lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.

c. Tahan Observasi

Pada tahap ini, guru yang menjadi observer melaksanakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Hasil penggamatan mereka diisikan pada lembar observasi yang telah peneliti siapkan. Hasil observasi ini sebagai masukan dan evaluasiï¿½ untuk perbaikan pada tertemuan berikutnya.

Tabel 5. aktivitas Guru Pada Siklus II

Aktivitas	P1	P2	rerata
Sebagai fasilitator	4	5	4,5
Sebagai pengawas	5	5	5
Sebagai ahli atau expert atau agent of instruction	4	5	4,5
Sebagai penghubung kemasyarakatan atau sisializing agent	5	5	5
Sebagai nara sumber	5	5	5
Rata-rata	4,6	5	4,8

Keterangan 1: sangat kurang 2: kurang 3: cukup 4: baik 5: sangan baik

Berdasarkan tabel aktivitas guru pada siklus II diketahui bahwa tidak terdapat aktivitasï¿½ guru dalam kategori kurangï¿½ hampir semua telah baik bahkan sangat baik. Dan secara keseluruhanï¿½ aktivitas guru dapat dikategorikan sangat baik.

Tabel 6. Aktivitas Siswa Siklus II

Aktivitas	P1	P2	rerata
Siswa antusias dengan model pembelajaran	5	5	5
Siswa bertanya dan diskusi secara aktif dalam forum	5	5	5
Siswa mempresentasikan materi	5	5	5
Siswa berusaha menentukan tema,ide dan gagasan	4	5	4,5
Siswa mengikuti diskusi sesuai arahan	5	4	4,5
Siswa antusias untuk melakukan diskusi kelompok	4	5	4,5
Siswa memangkap arahan/petunjuk yang diberikan	5	4	4,5
Rata-rata	4,71	4.71	4,71

Keterangan 1: sangat kurang 2: kurang 3: cukup 4: baik 5: sangat baik

Berdasarkan tabel aktivitas siswa pada siklus II diketahui bahwa tidak terdapat aktivitas yang kurangï¿½ danï¿½ terdapat beberapa aktivitas yang dapat ditingkatkan oleh siswa seperti mempresentasikan materi dan mengikuti diskusi sesuai arahan/petunjuk.Dan secara keseluruhan aktivitas siswa dapat dikategorikan baik, namun demikian masih dapat ditingkatkan lagi, karena terdapat indicator yang dapat dioptimalkan sehingga aktivitas siswa dapat menjadi sangat baik.

d. Refleksi

Pada tahap selanjutnya dipaparkan tentang pelaksanaan media audiovisual, baik kelebihan maupun kekurangan yang telah terlaksana dalam media audiovisual ini. Berdasarkan data-data penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru melaksanakan semua pembelajaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan dengan baik. Karena peningkatan pada pembelajaran yang telah direvisi telah dapat memberikan implikasi pada peningkatan hasil belajar.

2) Dalam proses belajar mengajar siswa terlihat/tampak lebih aktif dari siklus sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dari tingginya semangat belajar siswa.

3) Hasil belajar sebelumnya mengalami ketuntasan pada siklus I telah tercapai pada siklus II, sehingga tidak diperlukan siklus berikutmya.

3. Pembahasan

Sebelum pelaksananan penelitian tindakan kelas , peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal terhadap situasi dan kondisi proses pembelajaran, kendala-kendala yang dialami baik oleh guru maupun oleh siswa selama proses pembelajaran yang dilakukan. Tapi setelah dilakukan penelitian tindakan kelas banyak perubahan yang terjadi seperti minat dan motivasi untuk meningkatkan semangat belajar siswa, aktivitas belajar siswa meningkat. Pelaksananan proses pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual ini menekankanï¿½ pada peningkatan aktivitas dan efektivitas hasil belajar siswa dimana pembelajaran dengan pelibatan nara sumber memberikan kesempatan bagi siswa untuk aktif dalam hal merumuskan ide atauï¿½ gagasan, menmgembangkan alur, menggali informasi sebanyak-banyaknya. Sehingga hasil belajar siswa terbentuk dengan baik.

Disamping itu, guru mampu menggunakan atau melibatkan lingkungan sebagai sumber belajar siswa. Dimana lingkungan menjadi inspirasi bagi siswa untuk belajar, sehingga siswa mampu menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasannya dalam kegiatan dengan menggunakan media audiovisual.

Berdasarkan pada pembahasan yang dilakukan, lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Ketuntasan hasil belajar siswa

Melalui hasil penelitian yang telah dilakukanï¿½ menunnjukkan hasil bahwa media audiovisual memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa . Hal ini dapat dilihat dari semakin baiknya konsep siswa dalam hasil belajar sesuai dengan arahan yang disampaikan guru (ketuntasan belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II). Selanjutnya pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai yaitu mencapai 91,25% atau 29 siswa dari 32 siswa. Disamping itu, ketuntasan belajar dapat dicapai lebih cepat dimana hanya membutuhkan dua siklusï¿½ pembelajaran.

b. Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran hasil belajar dengan menggunakan media audiovisual dapat dikategorikan baik. Artinya media audiovisual dapat digunakan dalam proses belajar karena pada indicator-indikator aktivitas yang diberikan, guru dan siswa dapat melakukan dengan baik. Disamping itu, adanya peningkatan aktivitas oleh guru dan siswa dari siklus ke siklus, sehingga ini menjadi salah satu indicator respon positif atau ketertarikan dari guru dan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Dan ini mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk berbicara.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal yaitu media audivisual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI MIA 3 SMA Negri 1 Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara ditunjukkan dengan ketuntasan belajar (hasil belajar) baik secara individu maupun klasikal. Lalu, Aktivitas guru dan siswa dalam media audivisual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI MIA 3 SMA Negeri 1 Tenggarong kabupaten Kutai Kartanegara. Serta Penggunaan audiovisual dapat membuat siswa berpikir kritis.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, R., Alfian, Y., & Rusdia, U. (2018). Sistem Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.

Hidayatul Musarofah, I. N. A. (2015). Pola Asuh Remaja pada Keluarga Tenaga Kerja Indonesia dalam rangka Implementasi Pendidikan Kedisiplinan sebagai nilai karakter (Studi pada siswa SMK PGRI 1 Ponorogo). Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Igak, W., & Wihardit, K. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Oktaviani, W., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2018). Penerapan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD. Jurnal Basicedu, 2(2), 5ï¿½10.

Riski, A. D. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Berpikir Kritis Siswa Dalam Mata Pelajaran PPKn di SMP Negeri 01 Secanggang Tahun Pelajaran 2019/2020. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Sadeli, E. H., & Priyanto, E. (2018). Studentsï¿½ perception towards the Democratic Values of Pancasila On Preventing Radicalism (Case study on Muhammadiyah Student Association of Universitas Muhammadiyah Purwokerto and Jendral Soedirman University). Jurnal Dimensia, 7(2), 13ï¿½33. https://doi.org/10.21831/dimensia.v7i2.32628.

Saputra, A. (2022). Negara Hukum Indonesia. OSF Preprints. https://doi.org/10.31219/osf.io/gy4e8.

Soumena, M. Y. (2019). Membangun Tatanan Negara Berdasarkan Ideologi dan Konstitusi. Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI).

Sudarwinarti, V. Y. (2019). Pentingnya berpikir kritis generasi milenial di era industri 4.0. Jurnal Dunia Sekretari, 8(1).

Tuhuteru, L. (2019). Efektifitas Pembinaan Karakter Generasi Muda dalam Presepsi Tokoh Masyarakat dan Pemuda. PEDAGOGIKA: Jurnal Pedagogik Dan Dinamika Pendidikan, 7(2), 84ï¿½95. https://doi.org/0.30598/pedagogikavol7issue2page84-95.

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode penelitian tindakan kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

ï¿½