JURNAL LOCUS: Penelitian & Pengabdian
Volume 1 No. 4 Juli 2022
E-ISSN 2829-7334 | P-ISSN 2829-5439
Hompage: https://locus.rivierapublishing.id/index.php/jl
Doi: 10.36418/locus.v1i4.49 197
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU
SEKS BEBAS DI SMK BHAKTI KENCANA SUBANG TAHUN 2020
Dadan Priyatna Yudiansah
STIKes YPIB Majalengka
nayndzakyanaku@gmail.com
Diterima: 03-07-2022 Review: 10-07-2022 Publish: 15-07-2022
Abstrak:
Pendahuluan: Promosi kesehatan reproduksi pada remaja sering dikonotasikan sebagai pendidikan
seks, di mana sebagian besar masyarakat Indonesia masih mentabukan hal ini, ada lembaga formal
setingkat sekolah yang masih ragu untuk melaksanakan penyuluhan kesehatan reproduksi bagi
peserta didiknya. Studi pendahuluan penulis lakukan terhadap 20 orang peserta didik, tercatat (25%)
dengan sikap negatif, (75%) dengan sikap positif. Sedangkan pengetahuan peserta didik tercatat (20%)
dengan pengetahuan kurang (80%) dengan pengetahuan baik. Pengaruh lingkungan tercatat (15%)
dengan pengaruh lingkungan negatif, dan (85%) dengan pengaruh lingkungan positif. Perhatian orang
tua tercatat (20%) dengan perhatian orang tua yang kurang, dan (80%) dengan perhatian orang tua
yang cukup. Tujuan: Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
remaja tentang perilaku seks bebas di SMK Bhakti Kencana Subang tahun 2020. Metode: Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak
86 responden, pengambilan data dengan teknik random sampling. Pengumpulan data berupa data
sekunder. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sikap remaja kategori sikap negatif sebesar (51,2%),
tingkat pengetahuan kategori baik sebesar (58,1%), perhatian orang tua kategori cukup dan kurang
sebesar (50%), serta pengaruh lingkungan sosial budaya negatif sebesar (52,3%) tentang perilaku seks
bebas di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang tahun 2020. Kesimpulan: Kesimpulan penelitian yang
penulis lakukan adalah terdapat hubungan yang bermakna antara sikap remaja dengan pengetahuan
p value = 0,000 (< = 0,05), pengaruh lingkungan sosial budaya p value = 0,005 (< = 0,05) dan perhatian
orang tua p value = 0,000 (< = 0,05) tentang perilaku seks bebas di SMK Kesehatan Bhakti Kencana
Subang tahun 2020.
Kata kumci: Sikap Remaja, Perilaku Seks Bebas, dan Faktor yang mempengaruhinya.
Abstract:
Introduction: Promotion of reproductive health in adolescents is often connoted as sex education,
where most Indonesian people are still taboo about this, there are formal institutions at the school
level who are still hesitant to carry out reproductive health counseling for their students. The author's
preliminary study conducted on 20 students, recorded (25%) with a negative attitude, (75%) with a
positive attitude. While the knowledge of students was recorded (20%) with less knowledge (80%) with
good knowledge. Environmental influences were recorded (15%) with negative environmental
influences, and (85%) with positive environmental influences. Parental attention was noted (20%) with
less parental attention, and (80%) with sufficient parental attention. Objectives: The purpose of this
study is to determine the factors that influence adolescent attitudes about free sex behavior at SMK
Bhakti Kencana Subang in 2020. Methods: The method used in this study is correlational research. The
sample in this study as many as 86 respondents, data collection by random sampling technique. Data
collection in the form of secondary data. Results: The results showed that the attitude of adolescents
in the negative attitude category was (51.2%), the level of knowledge in the good category was
(58.1%), the parents' attention was in the sufficient and less category (50%), and the influence of the
negative socio-cultural environment was (52.3%). socio-cultural p value = 0.005 (< = 0.05) and parental
Dadan Priyatna Yudiansah
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sikap Remaja tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Bhakti Kencana
Subang Tahun 2020
Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian Vol 01 No 04 Juli 2022 198
attention p value = 0.000 (< = 0.05) about free sex behavior at SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang
in 2020. Conclusion: The conclusion of the research that the author did was that there was a significant
relationship between adolescent attitudes and knowledge p value = 0.000 (< = 0.05), the influence of
the socio-cultural environment p value = 0.005 (< = 0.05) and parental attention p value = 0.000 (< =
0.05) about free sex behavior at SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang in 2020.
Keywords: Adolescent Attitudes, Free Sex Behavior, and Factors that Influence.
Corresponding: Dadan Priyatna Yudiansah
E-mail: nayndzak[email protected]om
PENDAHULUAN
Promosi kesehatan reproduksi pada remaja sering dikonotasikan sebagai pendidikan seks, di
mana sebagian besar masyarakat Indonesia masih mentabukan hal ini, ada lembaga formal setingkat
sekolah yang masih ragu untuk melaksanakan penyuluhan kesehatan reproduksi bagi peserta
didiknya. Sementara itu, masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu
mencapai usia 10-19 tahun (Aryani, 2010). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat
penduduk Indonesia tahun 2020 diproyeksikan sebanyak 269,6 juta jiwa, dimana jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 135,34 juta jiwa, lebih banyak dibanding perempuan yang hanya 134, 27 juta jiwa.
Sementara sebanyak 16,43% atau 44.308.300 juta jiwa adalah remaja (Statistik, 2014).
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya
kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa
menjelang dewasa muda. Pada masa ini para remaja memiliki tugas-tugas perkembangan
(development tasks) yakni tugas-tugas/kewajiban yang harus dilalui oleh setiap individu itu sendiri.
Dari sejak di kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai dewasa akhir, setiap individu harus
melakukan tugas itu. Keberhasilan individu dalam menunaikan tugas perkembangan ini, akan
menentukan perkembangan kepribadiannya. Seorang individu yang mampu menjalani dengan baik,
maka timbul perasaan mampu, percaya diri, berharga, dan optimis menghadapi masa depannya.
Sebaliknya mereka yang gagal akan merasakan bahwa dirinya adalah orang yang tidak mampu, gagal,
kecewa, putus asa, ragu-ragu, rendah diri, dan pesimis menghadapi masa depannya, termasuk
terhadap perilaku seksual yang dilakukan oleh para remaja (Soetjiningsih, 2013).
Seks bebas masih menjadi masalah remaja di Indonesia. Sebuah studi terbaru bahkan
menemukan masih ada anak muda yang melakukan hubungan seks penetrasi tanpa menggunakan
kondom. Penelitian yang dilakukan oleh Reckitt Benckiser Indonesia terhadap 500 remaja di lima kota
besar di Indonesia menemukan, 33 persen remaja pernah melakukan hubungan seks penetrasi. Dari
hasil tersebut, 58 persennya melakukan penetrasi di usia 18 sampai 20 tahun. Selain itu, para peserta
survei ini adalah mereka yang belum menikah (Nari, Shaluhiyah, & Prabamurti, 2015)
Hasil penelitian terbaru dari Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas
Gadjah Mada dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan
sebanyak 58 persen remaja putri yang hamil di luar nikah berupaya menggugurkan kandungannya
alias memilih melakukan aborsi, hal yang harus diperhatikan pertama yaitu pada skala nasional
terdapat penurunan angka fertilitas remaja, yakni 51 dalam 1.000 kelahiran (SDKI 2007) menjadi 48
dalam 1000 kelahiran (SDKI 2012), dan mengalami kenaikan lagi menjadi 61 dalam 1000 kelahiran
(SDKI 2017), kedua tindakan remaja saat hamil secara tidak diinginkan, hasil analisisnya cukup
Dadan Priyatna Yudiansah
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sikap Remaja tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Bhakti Kencana
Subang Tahun 2020
Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian Vol 01 No 04 Juli 2022 199
mengkhawatirkan yaitu 6,4 persen di antara mereka mencoba aborsi namun gagal, sementara yang
meneruskan kehamilannya ada 33 persen (Wahani, Umboh, & Tendean, 2021)
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan : Kesehatan Reproduksi Remaja (SDKI Remaja) 2017,
menyebutkan umur pertama kali pacaran tercatat sebagian besar wanita (80%) dan pria (84%) telah
berpacaran, 45% wanita dan 44 % pria mulai berpacaran pada umur 15-17 tahun. Perilaku pacaran
yang dilakukan wanita dan pria mengaku saat berpacaran melakukan aktivitas berpegangan tangan
(64% wanita dan 75% pria), berpelukan (17% wanita dan 33% pria), cium bibir (30% wanita dan 50%
pria) dan meraba/diraba (5% wanita dan 22% pria). 99,9% wanita dan 98% pria berpendapat
keperawanan perlu dipertahankan. 8% pria dan 2% wanita melaporkan telah melakukan hubungan
seksual, dengan alasan 47% saling mencintai, 30% penasaran/ingin tahu, 16% terjadi begitu saja,
masing-masing 3% karena dipaksa dan terpengaruh teman. Umur pertama kali berhubungan seksual
sebelum pra nikah tercatat 59 % wanita dan 74% pria melaporkan mulai berhubungan seksual pertama
kali pada umur 15-19 tahun. Persentase paling tinggi terjadi pada umur 17 tahun (19%), baik pria
maupun wanita. Penggunaan kondom pada hubungan seksual terakhir lebih banyak dilakukan oleh
wanita (49%) dibanding pria (27%) (Arifin, 2012)
Remaja yang telah melakukan hubungan seksual ternyata memang tahu benar tentang
pengetahuan seksual (14,4%) dan cukup tahu (8,9%). Umumnya paparan pornografi diperoleh dari
buku dan film. Untuk itu perlu upaya meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan
reproduksi remaja. Kesehatan reproduksi remaja adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan
sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya (Fadilah, 2019).
Langkah-langkah awal yang dilakukan pemerintah dalam sosialisasi tentang perilaku seksual
bebas pada remaja antara lain meningkatkan promosi kesehatan dan sokongan (advokasi) kesehatan
reproduksi remaja, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) kesehatan reproduksi remaja,
meningkatkan aktivitas konseling remaja melalui KIE, Sejak tahun 2007 BKKBN telah menginisiasi
pembentukan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Pembinaan
Ketahanan Remaja yang diusung BKKBN merupakan program yang dikembangkan dalam rangka
penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja agar mampu melangsungkan (1) jenjang pendidikan
secara terencana, (2) berkarir dalam pekerjaan secara terencana, dan (3) menikah dengan penuh
perencanaan sesuai fase reproduksi sehat (Ria Jayati, 2020).
Perilaku seks remaja diatas sesuai dengan pendapat Azwar (2010) bahwa terdapat enam
faktor yang mempengaruhi sikap seseorang yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang
dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama
serta pengaruh faktor emosional, sedangkan menurut menurut (Soetjiningsih, 2013) perilaku seks
remaja dipengaruhi oleh adat istiadat, budaya, agama kurangnya informasi dari sumber yang benar,
pengetahuan, kurangnya kontrol dari orang tua, kondisi keluarga, status ekonomi dan pengalaman
pribadi, perilaku seks seperti masturbasi, percumbuan, seks oral dan seks anal dan hubungan seksual
adalah perilaku seks yang sering ditemukan dikalangan remaja saat ini. Salah satu Sekolah Menengah
Kejuruan di Kabupaten Subang merupakan salah satu sekolah dibawah naungan Yayasan Adhi Guna
Kencana, sejak berdiri pada tahun 2008 dengan tiga kompetensi keahlian. Perkembangan yang luar
biasa terlihat pada setiap tahunnya jumlah peserta didik yang cukup besar, sebagai perbandingan
angkatan pertama hanya berjumlah 19 orang peserta didik, dalam perkembangannya angkatan ke-12
total jumlah peserta didik sebanyak 902 orang. Pencapaian dari segi kuantitas merupakan tantangan
tersendiri bagi pengelola, tercatat 3 orang peserta didik perempuan tidak melanjutkan studinya
dengan alasan melangsungkan pernikahan pada usia dini. Walaupun dari segi persentase masih relatif
Dadan Priyatna Yudiansah
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sikap Remaja tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Bhakti Kencana
Subang Tahun 2020
Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian Vol 01 No 04 Juli 2022 200
kecil (0,33%), penyalahgunaan medsos pun menjadi fenomena tersendiri dimana 3 orang peserta didik
(0,33%) dengan sengaja mengunggah kegiatan seksualnya dan dapat dilihat bebas orang lain, seiring
dengan perkembangan informasi dan teknologi kejadian seperti diatas dari tahun ketahun semakin
banyak dan peserta didik tanpa ada beban saat mengunggah konten yang bersifat pribadi tersebut,
sekecil apapun angka kejadian drop out sekolah disebabkan pernikahan dini merupakan suatu
fenomena atau bahkan realita kehidupan remaja saat ini (Delyana & Sudyasih, 2015).
Studi pendahuluan penulis lakukan terhadap 20 orang peserta didik di SMK Bhakti Kencana
Subang, tercatat 5 orang (25%) mempunyai sikap negatif terhadap perilaku seks bebas, 15 orang (75%)
mempunyai sikap positif terhadap perilaku seks bebas. Sedangkan pengetahuan peserta didik tentang
perilaku seks bebas tercatat 4 orang (20%) mempunyai pengetahuan kurang tentang perilaku seks
bebas, dan 16 orang (80%) mempunyai pengetahuan baik tentang perilaku seks bebas. Begitu pula
tentang pengaruh lingkungan tercatat 3 orang (15%) dengan pengaruh lingkungan negatif, dan 17
orang (85%) dengan pengaruh lingkungan positif. Sedangkan perhatian orang tua tercatat 4 orang
(20%) dengan perhatian orang tua yang kurang, dan 16 orang (80%) dengan perhatian orang tua yang
cukup. Masih adanya sikap negatif, pengetahuan yang kurang, pengaruh lingkungan yang negatif,
serta kurangnya perhatian dari orang tua membuat remaja mampu melakukan perilaku seks bebas
tanpa beban dimasa ini.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja tentang perilaku seks bebas di SMK Bhakti Kencana
Subang tahun 2020.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian korelasional, dalam hal ini
peneliti berupaya mencari hubungan antar variabel dan menguji berdasarkan teori yang ada
(Nursalam, 2016). Pada penelitian jenis ini dilakukan analisis terhadap data yang telah terkumpul,
membuat hipotesis dan pengujian hipotesis (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Desain yang digunakan
adalah cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi
data variabel independen dan dependen hanya satu kali, pada satu saat (Arikunto, 2013)
Populasi adalah keseluruhan sampel penelitian atau obyek yang akan diteliti (Notoatmodjo,
2014) Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X dan XI sebanyak 596 orang.
Teknik pengambilan sampel secara random sampling yaitu adalah teknik pengambilan sampel
dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel, jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah sebanyak 86 orang (Notoatmodjo, 2014)
Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer melalui dua jenis analisis
statistik, yaitu :
a.
Analisis Univariat
Analisa ini dilakukan untuk melihat presentase/proporsi tiap variabel dari hasil penelitian.
Analisis presentase ini bertujuan menghitung jumlah kategori dari jawaban responden dan
menghasilkan distribusi frekuensi dari persentase dari tiap variabel. Variabel-variabel yang ada
dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif yaitu menggunakan
angka-angka dari data yang terkumpul kemudian diambil kesimpulan secara umum (Notoatmodjo,
2014)
Dadan Priyatna Yudiansah
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sikap Remaja tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Bhakti Kencana
Subang Tahun 2020
Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian Vol 01 No 04 Juli 2022 201
b.
Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan tabulasi silang antara variabel bebas dan
variabel terikat serta mencari hubungan antara keduanya. Kriteria pengujian adalah ; bila ρ value ≤ α
(0,05) maka ada hubungan yang signifikan, tetapi bila ρ value > α (0,05) maka tida ada hubungan yang
signifikan.
Analisis ini digunakan untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen. Dalam analisa ini uji statistik yang digunakan Chi-Square
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas
di SMK Kesehatan Bhkati Kencana Subang Tahun 2020
Sikap Remaja
Jumlah
Persentase
Positif
42
48,8
Negatif
44
51,2
Total
86
100
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas Berdasarkan Pengetahuan di SMK
Kesehatan Bhakti Kencana Subang Tahun 2020.
Pengetahuan Remaja
Jumlah
Persentase
Baik
50
58,1
Kurang
36
41,9
Total
86
100
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas Berdasarkan Perhatian Orang Tua
di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang Tahun 2020.
Perhatian Orang Tua
Jumlah
Persentase
Cukup Perhatian
43
50
Kurang Perhatian
43
50
Total
86
100
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas Berdasarkan Pengaruh Lingkungan
Sosial Budaya di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang Tahun 2020.
Pengaruh
Lingkungan
Sosial Budaya
Jumlah
Positif
41
Negatif
45
Total
86
Dadan Priyatna Yudiansah
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sikap Remaja tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Bhakti Kencana
Subang Tahun 2020
Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian Vol 01 No 04 Juli 2022 202
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas
di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang Tahun 2020
Pengetahuan
Sikap Remaja
Tot
al
%
OR
(95% CI)
P
Value
Nega
tif
Positif
n
%
n
%
Kurang
Baik
3
0
1
4
83,
3
28,
0
6
3
6
16,
7
72,
0
36
50
10
0
10
0
12,857
(95%CI:4,
401-
37,562)
0,0
00
Total
4
4
51,
2
4
2
48,
8
86
10
0
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Hubungan Perhatian Orang Tua dengan Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks
Bebas di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang Tahun 2020.
Perhatian
Orang
Tua
Sikap Remaja
Total
%
OR
(95%
CI)
P Value
Negatif
Positif
n
%
n
%
Kurang
Perhatian
Cukup
Perhatian
3
2
1
2
74,
4
27,
9
1
1
3
1
25,
6
72,
1
43
43
100
100
7,515
(95%CI
:
2,890-
19,543
)
0,00
0
Total
4
4
51,
2
4
2
48,
8
86
100
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya dengan Sikap Remaja
Tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang Tahun 2020.
Pengaruh
Lingkung
an Sosial
Budaya
Sikap Remaja
Total
%
OR
(95%
CI)
P
Value
Negatif
Positif
n
%
n
%
Negatif
Positif
1
6
2
8
35,
6
68,
3
2
9
1
3
64,
4
31,
7
45
41
100
100
0,256
(95%CI
:
0,104-
0,628)
0,0
05
Total
4
4
51,
2
4
2
48,
8
86
100
Dadan Priyatna Yudiansah
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sikap Remaja tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Bhakti Kencana
Subang Tahun 2020
Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian Vol 01 No 04 Juli 2022 203
PEMBAHASAN
1. Gambaran Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas
Berdasarkan hasil penelitian terhadap sikap remaja tentang perilaku seks bebas,
menunjukan remaja dengan sikap negatif (51,2%) lebih tinggi dibandingkan remaja dengan
sikap positif (48,8%).
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap
suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) pada objek tersebut (Putri
& Setianingsih, 2016).
Sikap remaja tentang perilaku seks bebas berada dalam sikap negatif, hal ini
dikarenakan faktor kebiasaan atau rutinitas dimana remaja terbiasa dengan pola sebelumnya
sehingga sikap remaja yang negatif masih ada, ditunjang pula dengan kemudahan mengakses
sesuatu dengan mudah di dunia maya melalui alat komunikasi para remaja. Masih adanya
sikap remaja yang negatif terhadap perilaku seks bebas dikarenakan masih adanya remaja
yang beranggapan bahwa perilaku seks bebas masih tabu untuk dibicarakan umum dan
kurangnya informasi terbaru mengenai perilaku seks bebas pada remaja. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh (Azwar 2010) bahwa informasi mengenai suatu hal akan
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Karena
kognitif berisi pengetahuan, informasi, kepercayaan dan fakta-fakta yang dimiliki seseorang
mengenai apa yang dapat mempengaruhi sikap seseorang (Kumalasari, 2016).
Terbentuknya sikap positif dari remaja dapat dipengaruhi oleh interaksi antar sesama
remaja, karena sikap terbentuk dengan interaksi sehingga terjadi saling tukar informasi
mengenai hal yang berhubungan dengan perilaku seks bebas. Kondisi tersebut perlu disikapi
dengan baik oleh semua pihak dan perlu adanya monitoring sehingga perilaku seks bebas bagi
remaja tidak menjurus kearah yang dapat merugikan remaja itu sendiri (Cahyono, 2015).
2. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengetahuan remaja tentang perilaku seks
bebas, menunjukan remaja dengan pengetahuan baik (58,1%) lebih tinggi dibandingkan remaja
dengan pengetahuan kurang (41,9%). Hal ini menunjukkan bahwa telah didapatkannya
informasi yang baik tentang seks bebas, oleh karena bagi tenaga pendidik secara berlanjut
memberikan mata pelajaran reproduksi secara komprehensif, sehingga di masa mendatang
pengetahuan remaja tentang perilaku seks bebas lebih baik lagi.
Menurut (Notoatmodjo 2015) bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang, mencakup respons seseorang
terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan
gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2014).
3. Gambaran Perhatian Orang Tua Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas
Berdasarkan hasil penelitian terhadap sikap remaja tentang perilaku seks bebas,
menunjukan remaja dengan perhatian orang tua cukup serta kurang perhatian berbanding
seimbang yaitu masing masing (50%).
Perhatian orang tua yang didapatkan oleh para remaja dengan persentase yang
seimbang ini didapatkan dengan adanya peran keluarga yang harmonis, yang secara langsung
Dadan Priyatna Yudiansah
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sikap Remaja tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Bhakti Kencana
Subang Tahun 2020
Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian Vol 01 No 04 Juli 2022 204
akan membentuk sikap remaja dalam menjalani hidupnya, serta sebagai bimbingan dalam
pencarian jati diri remaja yang akan didapatkan dalam keluarga (Notoatmodjo, 2014).
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Proses
sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola asuh, apabila proses pola asuh tidak berjalan lancar
maka dapat timbul masalah pada remaja.
Kondisi keluarga dengan hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan
kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anal. Sebaliknya,
orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga dan akan
“melarikan diri” dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap. Misalnya karena perceraian dan
kematian, atau keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat memengaruhi
perkembangan jiwa remaja (Aryani, 2010).
4. Gambaran Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas
Berdasarkan hasil penelitian terhadap sikap remaja tentang perilaku seks bebas,
menunjukan remaja dengan pengaruh lingkungan sosial budaya negatif (52,3%) lebih tinggi
dibandingkan remaja dengan pengaruh lingkungan sosial budaya positif (47,7%).
Remaja dengan pengaruh lingkungan sosial budaya negatif cenderung lebih tinggi, hal
ini disebabkan oleh faktor lingkungan merupakan faktor yang paling kuat selain keluarga dalan
pembentukkan karakter individu. Oleh karena itu diperlukan edukasi secara terus menerus
agar dampak negatif dari pengaruh lingkungan sosial budaya yang negatif dapat diminimalisis
sehingga remaja mampu menjalani kehidupannya dengan baik.
Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai
norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang
mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup
dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat
mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang
mengutamakan kepentingan perorangan.
5. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja
Hasil penelitian diketahui bahwa ada sebanyak 36 responden (72,0%) memiliki
pengetahuan baik dengan sikap positif tentang perilaku seks bebas, sedangkan diantara remaja
dengan pengetahuan kurang yaitu sebanyak 6 responden (16,7%) memiliki pengetahuan
kurang dengan sikap positif tentang perilaku seks bebas.
Hasil uji statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,000 (p.Value > 0,05) sehingga dapat
dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap remaja
tentang perilaku seks bebas. Kemudian dari hasil analisis diperoleh OR = 12,857 artinya remaja
dengan pengetahuan baik mempunyai risiko 12,8 kali memiliki sikap yang positif dibandingkan
dengan remaja dengan pengetahuan kurang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green
(1980), yang mengatakan bahwa pengetahuan dan sikap seseorang terhadap kesehatan
merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang, jadi jika
remaja tidak pernah mendapatkan informasi atau penyuluhan dapat berpengaruh dalam
perilaku seks bebas pada remaja di kemudian hari.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Untari, (Anggar Dwi
2017), tentang Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja
Dadan Priyatna Yudiansah
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sikap Remaja tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Bhakti Kencana
Subang Tahun 2020
Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian Vol 01 No 04 Juli 2022 205
yang Tinggal di Wilayah Eks Lokalisasi Berdasarkan Teori Transcultural Nursing. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan pada pengetahuan (p=0,458).
Menurut Notoatmodjo (2014) bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang, mencakup respons seseorang
terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan
gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2014).
6. Hubungan Perhatian Orang Tua dengan Sikap Remaja
Hasil penelitian diketahui bahwa ada sebanyak 11 responden (25,6%) memiliki
perhatian orang tua kurang perhatian dengan sikap positif tentang perilaku seks bebas,
sedangkan diantara remaja dengan perhatian orang tua cukup perhatian yaitu sebanyak 31
responden (72,1%) memiliki perhatian orang tua cukup perhatian dengan sikap positif tentang
perilaku seks bebas.
Hasil uji statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,000 (p.Value > 0,05) sehingga dapat
dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara perhatian orang tua dengan sikap
remaja tentang perilaku seks bebas. Kemudian dari hasil analisis diperoleh OR = 7,515 artinya
remaja dengan perhatian orang tua cukup mempunyai risiko 7,5 kali memiliki sikap yang positif
dibandingkan dengan remaja dengan perhatian orang tua kurang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wulandari, Linda Surya (2017), tentang
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Pada Remaja SMA Terhadap Wanita
Pekerja Seks (WPS) di Purwodadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil dari analisis
bivariat menggunakan uji chi-square dengan CI = 95%, ɑ = 0,05 (Ho ditolak jika p < ɑ) pola asuh
orang tua (p=0,000) memiliki hubungan dengan perilaku seksual remaja dengan wanita pekerja
seks (WPS) (p<0,05).
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Proses
sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola asuh, apabila proses pola asuh tidak berjalan lancar
maka dapat timbul masalah pada remaja.
Proses sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga, diantaranya
sikap orang tua otoriter (mau menang sendiri, selalu mengatur, semua perintah harus diikuti
tanpa memperhatikan pendapat dan kemauan anak) akan sangat berpengaruh pada
perkembangan kepribadian remaja. Remaja akan berkembang menjadi penakut, tidak memiliki
rasa percaya diri, merasa tidak berharga, sehingga proses sosialisasi menjadi terganggu. Sikap
orang tua permisif (serba boleh, tidak pernah melarang, selalu menuruti kehendak anak, selalu
memanjakan) akan menumbuhkan sikap ketergantungan dan sulit menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial di luar keluarga, sikap orang yang selalu membandingkan anaknya, akan
menumbuhkan persaingan tidak sehat dan saling curiga antar saudara. Sikap orang tua yang
berambisi dan terlalu menuntut anak-anaknya akan mengakibatkan anak cenderung
mengalami frustasi, takut gagal dan terasa tidak berharga. Orang tua yang demokratis akan
mengikuti keberadaan anak sebagai individu dan makhluk social, serta mau mendengar dan
menghargai pendapat anak. Kondisi akan menimbulkan keseimbangan antara perkembangan
individu dan social, sehingga anak akan memperoleh suatu kondisi mental yang sehat.
Kondisi keluarga dengan hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan
kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anal. Sebaliknya,
Dadan Priyatna Yudiansah
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sikap Remaja tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Bhakti Kencana
Subang Tahun 2020
Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian Vol 01 No 04 Juli 2022 206
orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga dan akan
“melarikan diri” dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap. Misalnya karena perceraian dan
kematian, atau keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat memengaruhi
perkembangan jiwa remaja.
Berdasarkan hasil penelitian Dien G.A Nursal tahun 2007 dengan judul faktor-faktor
yang berhubungan dengan perilaku seksual murid SMU negeri di Kota Padang, umumnya
responden diasuh oleh orang tuanya dalam 3 tahun terakhir (94,6%). Sekitar 92,6% orang tua
tahu kapan anaknya pulang dan 84,3% tahu apa yang dikerjakan anaknya di rumah.
Sebagian besar responden langsung pulang ke rumah seusai sekolah (67,4%). Responden
yang tidak langsung pulang ke rumah biasanya karena pergi les (42,2%), pergi ke rumah teman
(31%), jalan- jalan ke pasar/pusat perbelanjaan (20%) dan pergi dengan pacarnya (6%).
Pada penelitian ini pola asuh demokratis diletakkan sebagai pola asuh di antara pola
asuh permisif dan pola asuh otoriter. Untuk interpretasinya dilihat kecendrungan dari
responden pada salah satu pola asuh orang tuanya. Responden dengan pola asuh permisif
mempunyai peluang 600,92 kali berperilaku seksual berisiko berat dibandingkan
demokratis&otoriter (95% CI = 131,9 - 2736,8). Berdasarkan analisis multivariat pola asuh
merupakan faktor yang paling berhubungan dengan perilaku seksual setelah dikontrol
oleh variabel lain.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Prastana tahun 2005 dan
analisis WHO pada berbagai literatur kesehatan reproduksi dari seluruh dunia yang
menyatakan bahwa pola asuh adalah merupakan faktor risiko perilaku seksual risiko
berat. Berbagai interaksi antara remaja dengan orang tua menunda bahkan mengurangi
perilaku hubungan seksual pada remaja. Tidak adanya pengawasan dari orang tua akan
mempercepat remaja melakukan hubungan seksual. Menurut Mesche (1998) remaja yang
diawasi oleh orang tuanya, remaja dengan pola asuh otoriter, remaja yang berasal dari keluarga
yang konservatif dan memegang kuat tradisi dan remaja mempunyai hubungan akrab
dengan orang tuanya akan menunda umur pertama melakukan hubungan seksual.
7. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya dengan Sikap Remaja
Hasil penelitian diketahui bahwa ada sebanyak 29 responden (64,4%) memiliki
pengaruh lingkungan sosial budaya negatif dengan sikap positif tentang perilaku seks bebas,
sedangkan diantara remaja dengan pengaruh lingkungan sosial budaya positif yaitu sebanyak
13 responden (31,7%) memiliki pengaruh lingkungan sosial budaya positif dengan sikap positif
tentang perilaku seks bebas.
Hasil uji statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,005 (p.Value > 0,05) sehingga dapat
dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengaruh lingkungan sosial budaya
dengan sikap remaja tentang perilaku seks bebas. Kemudian dari hasil analisis diperoleh OR =
0,256 artinya remaja dengan pengaruh lingkungan sosial budaya positif mempunyai risiko 0,2
kali memiliki sikap yang positif dibandingkan dengan remaja dengan pengaruh lingkungan
sosial budaya negatif.
Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai
norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang
mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup
dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat
Dadan Priyatna Yudiansah
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sikap Remaja tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Bhakti Kencana
Subang Tahun 2020
Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian Vol 01 No 04 Juli 2022 207
mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang
mengutamakan kepentingan perorangan.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Untari, (Anggar Dwi 2017), tentang
Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja yang Tinggal di
Wilayah Eks Lokalisasi Berdasarkan Teori Transcultural Nursing. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan pada nilai budaya dan gaya hidup (p=0,263), dukungan
keluarga dan sosial (p=0,914).
KESIMPULAN
Sikap remaja tentang perilaku seks bebas di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang tahun
2020 yaitu remaja yang memiliki sikap negatif tentang perilaku seks bebas lebih tinggi yaitu 44
responden (51,2%) dibandingkan remaja dengan sikap positif yaitu 42 responden
(48,8%).Pengetahuan remaja tentang perilaku seks bebas di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang
tahun 2020 remaja yang memiliki pengetahuan baik tentang perilaku seks bebas lebih tinggi yaitu 50
responden (58,1%) dibandingkan remaja dengan pengetahuan kurang yaitu 36 responden
(41,9%).Perhatian orang tua remaja di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang tahun 2020 yaitu
remaja yang cukup perhatian orang tua berbanding seimbang dengan remaja yang kurang perhatian
yaitu masing-masing 43 responden (50%).Pengaruh lingkungan sosial budaya remaja di SMK
Kesehatan Bhakti Kencana Subang tahun 2020 yaitu remaja dengan pengaruh lingkungan sosial
budaya negatif lebih banyak yaitu 45 responden (52,3%) dibandingkan remaja dengan pengaruh
lingkungan sosial budaya positif yaitu 41 responden (47,7%).Terdapat hubungan antara sikap remaja
dengan pengetahuan tentang perilaku seks bebas di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang tahun
2020, Hasil uji statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,000 (p.Value > 0,05).Terdapat hubungan antara
sikap remaja dengan pengetahuan tentang perilaku seks bebas di SMK Kesehatan Bhakti Kencana
Subang tahun 2020, Hasil uji statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,000 (p.Value > 0,05).Terdapat
hubungan antara sikap remaja dengan pengetahuan tentang perilaku seks bebas di SMK Kesehatan
Bhakti Kencana Subang tahun 2020, Hasil uji statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,005 (p.Value > 0,05)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Nur Fitriana. (2012). Penggunaan kondom dan vaginal higiene sebagai faktor risiko kejadian
infeksi menular seksual pada wanita pekerja seks di Lokasi Batu 24 Kabupaten Bintan. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 1(2), 18852.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.
Aryani, Ratna. (2010). Kesehatan remaja problem dan solusinya. Jakarta: Salemba Medika, 227.
Cahyono, Hendra Dwi. (2015). Differences in Knowledge and Adolescent Attitude Before and After
Receiving Health Education About Sexual Needs in SMA Muhammadiyah 3 Jember. Jurnal
Kesehatan Dr. Soebandi, 3(2), 133142.
Delyana, Delyana, & Sudyasih, Tiwi. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Seksual terhadap Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Seks Bebas pada Remaja di SMK Negeri 1 Bantul Yogyakarta.
STIKES’Aisyiyah Yogyakarta.
Fadilah, Nurul. (2019). Faktor sosial-demografi, akses media massa dan usia pertama melakukan
Dadan Priyatna Yudiansah
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sikap Remaja tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Bhakti Kencana
Subang Tahun 2020
Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian Vol 01 No 04 Juli 2022 208
hubungan seksual pada remaja putri di Indonesia.
Kumalasari, Desi. (2016). Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku seksual pada siswa SMK.
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1), 9397.
Nari, Jois, Shaluhiyah, Zahroh, & Prabamurti, Priyadi Nugraha. (2015). Analisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian IMS pada remaja di klinik IMS Puskesmas Rijali dan Passo Kota
Ambon. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 10(2), 131143.
Notoatmodjo, S. (2014). IPKJRC (2015). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Biomass Chem
Eng, 49(236).
Putri, Nicky Antika, & Setianingsih, Ajeng. (2016). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku
Personal Hygiene Mentruasi. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 5(1), 1523.
Ria Jayati, Mimin. (2020). Faktor yang berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja di SMK
kesehatan haji Sumatera Utara tahun 2019. Institut Kesehatan Helvetia.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2010). Pemilihan Subyek Penelitian Penelitian: Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Edisi Ke-3., Jakarta: CV Sagung Seto.
Soetjiningsih, DSAK. (2013). Tumbuh kembang anak. Jakarta: Egc.
Statistik, Badan Pusat. (2014). Statistik indonesia statistical yearbook of indonesia 2018. BPS-Statistics
Indonesia.
Wahani, Sifra Maria Pricilia, Umboh, Jootje Martin Luther, & Tendean, Lydia. (2021). Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Perilaku Seks Pranikah pada Remaja. Indonesian Journal of Public
Health and Community Medicine, 2(2), 2130.